Sempat Disentil Jokowi, Pertamina Beberkan Progres Proyek Kilangnya

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Petugas melintas di depan jaringan pipa minyak di kilang unit pengolahan (Refinery Unit) V, Balikpapan, Kalimantan Timur.
6/12/2021, 14.10 WIB

Pertamina menyampaikan progres pembangunan kilang grass refinery root (GRR) dan proyek pengembangan Refinery Development Master Plan atau RDMP terus berjalan, di antaranya yaitu Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Kilang Tuban.

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Djoko Priyono mengatakan Kilang Balongan saat ini telah mencapai pengerjaan Proyek EPC (Engineering, Procurement, and Construction). Adapun dalam tahapan ini proses pengerjaannya telah mencapai 53,39%.

Kilang Balongan sendiri saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 125 ribu barel per hari (bph) dan akan ditingkatkan menjadi 150 ribu bph. "Balongan ini ditargetkan akan selesai dan onstream mulai tahun depan April 2022. Ini yang RDMP Balongan," kata dia dalam diskusi Energy Corner, Senin (6/12).

Sementara, untuk proyek Kilang RDMP Balikpapan, saat ini progresnya juga dalam tahap engineering, procurement, & construction (EPC) dengan capaian 44,51%. Adapun proyek RDMP ini akan mendongkrak kapasitas pengelolaan produk dari 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph.

Proyek ini sendiri ditargetkan rampung pada 2023. Selain itu, proyek RDMP ini juga untuk peningkatan kualitas produk menjadi standar Euro V. Selanjutnya, Perusahaan juga akan merampungkan RFCC dan Alkylation Complex di Semester I 2024 dan unit penghasil HOMC (BBM berkadar RON tinggi) pada Semester II 2024.

Selain itu, Pertamina juga akan mengembangkan RDMP Kilang Cilacap, RDMP Plaju dan RDMP Dumai. Terutama untuk meningkatkan profitabilitas kilang yang lebih baik.

"Saat ini progres tengah dilaksanakan untuk finalisasi dan penyelesaian prefeasible study untuk selanjutnya pada 2022 nanti akan kita lanjutkan pengerjaan basic engineering design," ujarnya.

Berikutnya pembangunan kilang baru yakni GRR Tuban, yang nantinya akan diintegrasikan dengan Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Kilang ini akan memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300.000 bph.

Dalam merealisasikan proyek ini, Pertamina sendiri menggandeng perusahaan minyak dan gas bumi asal Rusia yakni Rosneft. Proyek tersebut saat ini dalam tahap Front End Engineering Design alias FEED yang mencapai 57,5% dari target 50,4%.

"Nantinya proyek ini akan selesai di tahun 2026 mulai produksi dan akan menjadikan daerah Tuban sentral industri petrokimia," katanya. Simak databoks berikut:

Presiden Joko Widodo sempat menyentil Pertamina yang dinilai lambat dalam mengerjakan proyek-proyeknya dan menyoroti rumitnya birokrasi pada perusahaan pelat merah sektor energi yang menghambat masuknya investasi. Padahal banyak pihak yang mengantri untuk berinvestasi ke Indonesia, khususnya di Pertamina dan PLN.

“Ruwetnya ada di birokrasi kita dan BUMN kita sendiri. Kadang-kadang saya ingin marah ke sesuatu yang saya tahu gampang, tapi sulit dilakukan, kok tidak jalan-jalan,” kata Presiden.

Jokowi pun meminta BUMN tidak mengulur-mengulur rencana investasi yang sudah disepakati. Pasalnya, Kesempatan berinvestasi di Pertamina dan PLN terbuka sangat lebar, jika para pejabat tersebut terbuka. Keterbukaan itu pula yang diharapkan Presiden dalam Undang-Undang Ciptakerja.

Jokowi mencontohkan, misalnya untuk proyek Kilang Tuban Pertamina. Sudah bertahun-tahun perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft ingin berinvestasi. Nilai investasinya ditaksir sangat besar sekitar Rp 168 triliun, namun realisasinya menurut Jokowi hingga saat ini baru mencapai Rp 5,8 triliun.

Reporter: Verda Nano Setiawan