Dengan terus mengembangkan kilang-kilangnya, Pertamina berupaya aktif untuk berkontribusi terhadap ketahanan energi dan mendukung pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia.
Bahan bakar Bioavtur-SAF yang diproduksi Kilang Cilacap memiliki potensi paling besar dalam upaya mengurangi emisi karbondioksida (CO2) di industri penerbangan sipil.
Sejak 2021 tercatat ada enam insiden kebakaran yang menimpa fasilitas kilang Pertamina, termasuk di dalamnya ledakan yang terjadi di kilang Pertamina Dumai, Riau, Sabtu (1/4).
Dari beberapa proyek, hanya ekspansi Kilang Balongan yang progresnya hampir selesai, meskipun proyek kilang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional.
Biaya operasional kilang Pertamina sebesar US$ 3,67 per barel, jauh di bawah Singapura US$ 7,81 per barel. Kilang CIlacap dan Kilang Plaju menjadi kilang dengan biaya operasional terendah.
Pertamina telah menjalankan empat proyek RDMP di Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan, serta dua proyek new grass root refinery di kilang Bontang dan TUban.
Pertamina tak kunjung selesai mengerjakan pembangunan kilang. Nilai keekonomian proyek yang pemerintah tawarkan kepada investor cenderung tidak menguntungkan.
Kredibilitas Pertamina di mata investor dapat terpukul jika insiden kebakaran di area kilang terus berulang karena dinilai tak menjaga faktor keselamatan kerja.