Harga Batu Bara Merosot, Produsen Yakin Prospeknya di 2022 Masih Cerah

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
10/12/2021, 14.22 WIB

"Harga batu bara tidak dapat kami prediksi, Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan," ujar Head of Corporate Communication Adaro, Febriati Nadira, kepada Katadata.co.id.

Dia menambahkan bahwa Adaro meyakini fundamental jangka panjang pasar batubara masih menjanjikan didukung oleh pertumbuhan terutama di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Selain menjaga ekspor di kawasan tersebut, Adaro juga akan mengikuti ketentuan DMO.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi sebelumnya menjelaskan, penurunan HBA dipengaruhi adanya intervensi kebijakan Pemerintah Tiongkok.

"Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan produksi batu bara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batubara domestik Tiongkok," ujar Agung.

Selain itu, penurunan HBA bulan ini juga disebabkan oleh masih berlangsungnya krisis energi diikuti merangkaknya komoditas energi fosil di luar batu bara. "Peralihan penggunaan batu bara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai ter-recovery," jelasnya.

Adapun penurunan HBA Desember sendiri merupakan kali pertama setelah hampir sepanjang tahun harga batu bara mengalami lonjakan. Dibuka pada level US$ 75,84 per ton di Januari, HBA mengalami kenaikan pada bulan Februari US$ 87,79 per ton, sempat turun di Maret US$ 84,47 per ton.

Selanjutnya terus mengalami kenaikan secara beruntun hingga bulan November 2021 pada angka US$ 215,01 per ton. Rinciannya, April di angka US$ 86,68; Mei US$ 89,74; Juni US$ 100,33; Juli US$ 115,35; Agustus US$ 130,99; September US$ 150,03; dan Oktober US$ 161,63.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan