Harga minyak anjok lebih dari 3% pada Selasa (15/2) dari rekor tertinggi selama tujuh tahun setelah Rusia mulai menarik sebagian pasukannya ke pangkalan mereka setelah latihan di dekat Ukraina. Langkah ini mengurangi ketegangan antara Moskow dan negara-negara Barat.
Belum jelas berapa banyak unit yang ditarik, dan berapa jaraknya dari sekitar 130.000 tentara Rusia yang ditempatkan di dekat perbatasan Ukraina. Namun, laporan dari media Rusia Interfax tentang pergerakan pasukan ini telah menekan harga minyak.
Situasinya sangat fluktuatif, tetapi ini jelas merupakan hari yang lebih tenang," kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho dikutip dari Reuters, Rabu (16/2).
Harga minyak mentah Brent turun US$3,20, atau 3,3% ke level US$93,28 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$3,39, atau 3,6% menjadi US$92,07 per barel.
Kedua harga patokan minyak dunia ini mencapai tertinggi sejak September 2014 pada Senin (14/2), dengan Brent menyentuh US$96,78 dan WTI mencapai US$95,82. Harga Brent telah melonjak 50% pada 2021, sementara WTI melonjak sekitar 60%, karena pemulihan permintaan global dari pandemi Covid-19 menekan pasokan.
Perkembangan Rusia-Ukraina terbaru menarik peringatan kondisi berbahaya dari Ukraina dan Inggris, setelah berhari-hari AS dan Inggris memperingatkan bahwa Moskow mungkin menyerang tetangganya kapan saja.
Meski demikian, Ukraina pada Selasa (15/2) mengatakan kementerian pertahanan dan dua bank telah menjadi sasaran serangan dunia maya, yang tampaknya menuding Rusia.
Di sisi lain, investor juga mengamati pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia, yang berpotensi mendorong kenaikan ekspor minyak Iran.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengadakan pembicaraan denga rekannya dari Iran, Hossein Amirabdollahian pada hari Senin (14/2). Mereka mencatat "langkah maju yang nyata" dalam menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran.
Adapun stok minyak mentah AS turun 1,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 11 Februari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa. Persediaan bensin turun 923.000 barel sementara stok sulingan turun 546.000 barel. Data persediaan pemerintah AS akan dirilis pada Rabu (16/2).