Ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin menghentikan pasokan gas ke Eropa jika tidak dibayar dengan rubel menjadi kenyataan. Polandia dan Bulgaria menjadi korban pertama kebijakan Putin yang pasokan gasnya dihentikan oleh Gazprom, perusahaan gas milik negara Rusia.
Pada Selasa (26/4) Gazprom telah menginformasikan kepada Polskie Górnictwo Naftowe i Gazownictwo S.A. atau PGNiG, perusahaan gas Polandia, dan Bulgargaz, perusahaan gas milik negara Bulgaria, bahwa pasokan gas akan dihentikan mulai hari ini, Rabu (27/4).
Sekitar 40% dari total impor gas alam Eropa berasal dari Rusia, dengan 60% impor dibayar dengan euro dan sisanya dalam dolar. Putin telah menuntut agar negara-negara oposisi membuka rekening di Gazprombank dan membayar impor gas dalam euro dan dolar yang dikonversi menjadi rubel.
Namun pemimpin negara-negara Eropa menyatakan tidak akan mengikuti permintaan Putin dengan alasan pembayaran dua langkah seperti itu bertentangan dengan kontrak sekaligus tidak sejalan dengan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.
“Proposal Rusia untuk prosedur pembayaran dua langkah melanggar kontrak dan memberikan risiko besar bagi Bulgaria, termasuk risiko melakukan pembayaran tanpa menerima pengiriman gas dari Rusia,” kata pemerintah Bulgaria seperti dikutip dari CNBC.com pada Rabu (27/4).
Pemerintah Bulgaria mengatakan sedang bekerja dengan perusahaan gas negara untuk menemukan sumber alternatif untuk menggantikan pasokan dari Rusia dihentikan hari ini, salah satunya dengan mendapatkan gas dari pipa TurkStream.
Pemerintah Bulgaria juga menegaskan tidak ada pembatasan konsumsi gas domestik meskipun negara Balkan berpenduduk 6,5 juta itu memenuhi lebih dari 90% kebutuhan gasnya dengan impor dari Rusia. Simak databoks berikut:
Polandia tidak hanya menolak membayar dengan rubel, negara tersebut juga pendukung Ukraina dalam perang dengan Rusia. Mereka juga menjadi titik transit untuk pengiriman senjata dari Amerika Serikat (AS) dan negara barat lainnya ke Ukraina.
Pemerintah Polandia minggu ini mengkonfirmasi bahwa mereka mengirim tank ke Ukraina. Pada hari Selasa kemarin mereka juga mengumumkan daftar sanksi baru yang menargetkan 50 oligarki dan perusahaan Rusia, termasuk di antaranya Gazprom.
Gas Rusia dikirim ke Polandia melalui pipa Yamal yang melalui Belarus. Polandia telah menerima sekitar 9 miliar meter kubik (bcm) gas Rusia setiap tahun.
Adapun kontrak Polandia dengan Gazprom sebesar 10,2 (bcm) per tahun yang berkontribusi 50% dari total konsumsi nasional. PGNiG mengatakan bahwa permintaan Rusia untuk dibayar dalam rubel merupakan pelanggaran kontrak Yamal.
Berdasarkan bagan aliran yang diterbitkan di situs Jaringan Operator Sistem Transmisi Eropa untuk gas menunjukkan telah terjadi penurunan drastis aliran gas di titik masuk di Kondratki, sebuah kota di Polandia timur, dan Vysokaye, yang berada di Belarus.
Kantor berita Rusia Tass mengutip Gazprom yang mengatakan bahwa Polandia harus membayar pasokan gasnya di bawah prosedur yang baru yakni dengan euro dan dolar yang dikonversi terlebih dulu menjadi rubel. Simak databoks berikut:
Menteri Iklim Polandia Anna Moskwa menekankan bahwa Polandia siap menghadapi situasi seperti itu setelah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengurangi ketergantungannya pada sumber energi Rusia.
Dia mengatakan negara itu telah secara efektif independen dalam hal gas Rusia selama beberapa waktu. “Tidak akan ada kekurangan gas di rumah-rumah Polandia,” kata Moskwa melalui akun twitternya @moskwa_anna.
"Strategi diversifikasi yang tepat yang telah kami perkenalkan memungkinkan kami untuk merasa aman dalam situasi ini," katanya dalam sebuah konferensi pers.
Polandia telah mengupayakan untuk lepas dari energi Rusia sejak tahun 1990-an dan sudah berada di jalur untuk mengakhiri ketergantungannya pada gas Rusia tahun ini. Negara ini juga baru saja menghentikan impor batu bara dari Rusia.
Untuk mengganti pasokan gas yang hilang dari Rusia, Polandia mengatakan dapat memperoleh gas melalui dua hubungan dengan Jerman termasuk aliran balik pada pipa Yamal, hubungan dengan Lithuania dengan kapasitas 2,5 bcm per tahun yang akan dibuka pada 1 Mei.
Serta melalui interkonektor dengan Republik Ceko hingga 1,5 bcm. Adapun kekurangan sebesar 5-6 bcm lainnya dapat dikirimkan melalui tautan dengan Slovakia yang akan dibuka akhir tahun ini.
Selain itu, PGNiG dapat mengimpor hingga 6 bcm per tahun melalui terminal LNG di Swinoujscie di Laut Baltik, dan memproduksi lebih dari 3 bcm gas per tahun secara lokal di Polandia. Pada bulan Oktober, sebuah pipa yang memungkinkan hingga 10 bcm gas per tahun mengalir antara Polandia dan Norwegia, akan dibuka.
Pejabat pemerintah mengatakan penyimpanan gas Polandia sebesar 3,5 bcm adalah 76% penuh dan tidak perlu memotong pasokan ke pelanggan untuk mengatasi penghentian pasokan Gazprom.
Analis di bank investasi Jefferies mengatakan cut-off warning meningkatkan risiko terminasi dini lainnya untuk kontrak Eropa lainnya yang akan berakhir pada akhir tahun, sebesar hampir 12 bcm per tahun.
Tom Marzec-Manser, kepala analisis gas di perusahaan intelijen data ICIS, mengatakan bahwa ini adalah tembakan peringatan yang bersifat seismik oleh Rusia.
“Polandia memiliki sikap anti-Rusia dan anti-Gazprom selama beberapa tahun, namun Bulgaria tidak, jadi melihat aliran gas Bulgaria juga diputus merupakan perkembangan tersendiri,” ujarnya.
Hanya beberapa pembeli gas Rusia, seperti Hungaria, dan Uniper, importir utama Jerman untuk gas Rusia, yang mengatakan akan mungkin untuk membayar pasokan masa depan di bawah skema yang diumumkan oleh Moskow tanpa melanggar sanksi Uni Eropa.