Sulit Kirim Minyak, Exxon Nyatakan Kondisi Kahar di Sakhalin-1 Rusia

Katadata
Exxon menyatakan kondisi kahar pada operasi migasnya di Sakhalin-1 Rusia karena sulit melakukan pengiriman minyak mentah ke pelanggan imbas sanksi negara barat.
Penulis: Happy Fajrian
28/4/2022, 14.53 WIB

Exxon Mobil Corp menyatakan kondisi kahar (force majeur) untuk operasi migas Sakhalin-1 karena sanksi terhadap Rusia telah mempersulit pengiriman minyak mentah kepada pelanggan.

Perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) tersebut memiliki saham pada operasi Sakhalin-1 di Rusia melalui anak usahanya Exxon Neftegas Ltd. Proyek ini memproduksi minyak mentah Sokol di lepas pantai pulau Sakhalin di timur jauh Rusia yang mengekspor sekitar 273.000 barel per hari (bph).

Tujuan ekspornya terutama ke Korea Selatan, Jepang, Australia, Thailand, dan Amerika. Namun sejak sanksi mulai dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina, Exxon Neftegas kesulitan untuk menyewa kapal tanker untuk melakukan pengiriman minyak.

Terlebih lagi kapal tanker yang dibutuhkan berjenis kapal pemecah es karena lokasinya yang dekat dengan wilayah kutub utara. Konsorsium pengembangan minyak dan gas Sakhalin Jepang dan penjelajah India ONGC Videsh, mengalami kesulitan menyewa kapal tanker untuk mengirim minyak keluar.

Itu karena kekhawatiran yang berkembang dari pengirim atas risiko reputasi dan meningkatnya kesulitan aset Rusia untuk menemukan perlindungan asuransi. "Akibatnya, Exxon Neftegas Ltd telah membatasi produksi minyak mentah," kata Juru bicara Exxon, Julie King, seperti dikutip Reuters pada Kamis (28/4).

Menurut data di Refinitiv Eikon, kapal tanker terbaru yang mengambil minyak mentah di pelabuhan De Kastri Rusia, di mana minyak dari Sakhalin-1 dimuat, adalah kapal tanker Aframax Kapten Kostichev. Kapal tersebut saat ini terletak di lepas pelabuhan De Kastri.

Dua kapal tanker Aframax lainnya, Victor Konetsky dan Yuri Senkevich, yang sering digunakan untuk mengirim minyak mentah Sokol ke Yeosu, kosong dan juga mengambang di dekat pelabuhan.

Konsorsium Sakhalin Jepang, yang memiliki 30% saham dalam proyek tersebut, menolak berkomentar, mengutip perjanjian kerahasiaan dengan Exxon.

Sebelumnya pada 1 Maret Exxon telah menyatakan akan keluar dari seluruh operasi migas di Rusia yang nilainya sekitar US$ 4 miliar (Rp 58 triliun), menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Belum lama ini dikabarkan bahwa Exxon akan keluar dari Rusia pada 24 Juni.

Langkah pertama untuk keluar dari Rusia rencananya akan dimulai pada operasi produksi minyak dan gas skala besar di Pulau Sakhalin di timur jauh Rusia, termasuk di dalamnya proyek Sakhalin 1.

Tahun lalu Exxon mempekerjakan lebih dari 1.000 orang di seluruh lini operasinya di Rusia. Menurut informasi di situs resminya, Exxon memiliki kantor perwakilan di Moskow, St. Petersburg, Yekateringburg, dan Yuzhno-Sakhalinst.

King mengatakan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk keluar dari Sakhalin-1, yang mencakup kewajiban kontrak dan komersial. “Sebagai operator Sakhalin-1, kami memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan orang, perlindungan lingkungan dan integritas operasi,” kata King.

Exxon juga secara signifikan menghentikan bisnis kimia dan pelumasnya di Rusia, dan menangguhkan penjualan semua produk kimia dan pelumas ke Rusia dan Belarus.