Pertamina batal membeli minyak mentah Rusia untuk kebutuhan komsumsi dalam negeri. Hal tersebut diputuskan usai mempertimbangkan sejumlah aspek seperti potensi kendala logistik dan pembayaran.
Wakil Menteri BUMN, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan pemeritah tentu berhati-hati dalam menyikapi adanya wacana kebijakan pembelian minyak dari Rusia.
"Saya rasa pembelian minyak ke Rusia ini ada berbagai kesulitan, seperti logistiknya dan ada kesulitan pembayarannya jadi tentunya ini perlu dilihat secara keseluruhan," kata Pahala saat ditemui di Graha Pertamina, Gambir, Jakarta, pada Senin (9/5) malam.
Pahala menambahkan, sampai sejauh ini Pemerintah pun belum menjalin komunikasi dengan pihak Rusia soal wacana pembelian minyak mentah. "Belum ada yang sampai situ, tentu kami sangat berhati-hati sekali untuk melihat bagaimana kebijakan pembelian minyak dari Rusia," sambung Pahala.
Sebelumnya Pejabat Sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina, Heppy Wulansari, menyatakan pihaknya batal membeli minyak mentah Rusia karena stok minyak di sejumlah kilang masih cukup untuk mengakomodir permintaan bahan bakar minyak (BBM) di tanah air.
Namun, Heppy tak merinci berapa besar stok yang tersedia di tiap-tiap kilang. “Tidak ada pembelian (minyak mentah) dari Rusia karena stok kilang mencukupi,” kata Heppy melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Senin (9/5).
Sebelumnya Pertamina mengungkapkan wacana membeli minyak mentah dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri pada rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR pada Maret 2022.
Wacana tersebut muncul karena Rusia menjual murah minyaknya lantaran terkena sanksi dari negara-negara barat. Direktur Utama Nicke Widyawati bahkan telah berkomunikai dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia.
“Pertamina melihat adanya potensi Rusia yang akan menjual minyak mentah dengan harga murah akibat sanksi perdagangan dari negara barat, ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Senin (28/3).
Jika jadi, nantinya, minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Balongan. Adapun pembelian minyak mentah tersebut baru akan dilakukan usai perbaikan (revamping) Kilang Balongan yang diprediksi rampung pada Mei.
Nicke menyebut, pembelian minyak mentah dari Rusia akan dilakukan secara business to business (B to B) daripada Goverment to Goverment (G to G). Hal ini diharapkan agar tidak menimbulkan persoalan politis. “Tak ada masalah sepanjang perusahaan (minyak mentah) yang deal sama kita gak kena sanksi,” ujar Nicke.