Kementerian ESDM mendukung langkah PLN untuk menggodok program pemasangan 15 juta kompor induksi rumah tangga sebagai langkah mengurangi impor LPG. Adapun 80% kebutuhan LPG nasional dipenuhi dari impor.
Menurut catatan PLN, impor LPG pada 2020 nilainya mencapai Rp 37 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 51 triliun pada 2021. Impor diproyeksi mencapai Rp 67,8 triliun pada 2024.
Walau mendukung program pemasangan kompor induksi, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, mengatakan pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan PLN untuk tidak mengganti seluruh suplai gas rumah tangga ke jaringan kompor induksi.
"Melimpahnya pasokan gas di Indonesia masih bisa mendatangkan keuntungan bagi negara. Intinya jalan masing-masing, kalau di daerah itu ada sumber gas, pakai sumber gas. Kalau ada daerah yang tidak ada gas seperti di kota-kota, pakai (kompor) listrik," kata Tutuka di Gedung Kementerian ESDM pada Senin (20/6).
Tutuka menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki sejumlah Wilayah Kerja (WK) yang memiliki potensi gas melimpah. Seperti WK Agung I di lepas pantai Bali dan Jawa Timur, WK Agung II di lepas pantai Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur dan WK North Ketapang di daratan dan lepas pantai Jawa Timur.
"Indonesia diberkahi banyak penemuan gas. Gas adalah energi yang bisa digunakan untuk apa saja, Kebutuhan gas untuk industri sekira 64%. Listrik juga. Potensi gas kita banyak, estimasi kami cukup untuk 30 tahun," sambung Tutuka.
Adapun Pemerintah Indonesia telah menetapkan target lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Menurut Tutuka, volume gas sebesar 12 BSCFD akan diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Oleh sebab itu, program kompor induksi sebisa mungkin tidak bertentangan dengan program pemasifan ekploitasi gas nasional. "Jadi yang diganti dengan listrik ya jangan gas kita. Kami sudah koordinasi dengan PLN," ujar Tutuka.
Sebelumnya, PLN tengah menggodok program pemasangan 15 juta kompor induksi rumah tangga, sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kelebihan pasokan listrik yang tak terserap masyarakat.
"Untuk atasi kondisi oversupply listrik, dengan menargetkan 15 juta penambahan kompor induksi rumah tangga," kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (15/6).
Adapun saat ini PLN mengalami kelebihan suplai listrik yang cukup besar. Darmawan menjelaskan, di Jawa dalam satu tahun ke depan akan masuk 6800 Mega Watt (MW). Sementara penambahan permintaan hanya 800 MW.
"Di Sumatera, selama 3 tahun sampai 2025, penambahan permintaan listrik 1,5 GW. Sedangkan penambahan kapasitas 5 GW. Di kalimantan dan Sulawesi bagian selatan juga mengalami itu. Realisasi pengadaan kompor induksi juga akan menurunkan impor LPG yang mencapai 6,24 juta ton pada 2021," ujar Damawan.