Pemerintah akan Bantu Inpex Cari Mitra Pengganti Shell di Blok Masela

Katadata/Ratna Iskana
Pemerintah akan bantu INPEX mencari mitra untuk menggantikan Shell yang keluar dari proyek Abadi LNG Blok Masela.
20/6/2022, 18.46 WIB

Progres proyek Abadi LNG Blok Masela masih mandek usai mundurnya perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Belanda, Shell Upstream Overseas pada Juli 2020. Padahal proyek ini ditargetkan onstream atau mulai berproduksi pada 2027.

Sebelum menarik diri dari proyek LNG Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI) yang nilainya diperkirakan US$ 800 juta hingga US$ 1 miliar. Sisanya dikuasai Inpex asal Jepang sebesar 65%.

"Kami usahakan Kementerian ESDM dan SKK Migas akan lebih aktif lagi menawarkan wilayah-wilayah kerja yang potensial," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di Gedung Kementerian ESDM pada Senin (20/6).

Dia menambahkan bahwa mundurnya Shell dari proyek LNG Blok Masela disebabkan perusahaan migas asal Belanda itu mengubah kebijakan bisnis mereka ke arah pengembangan energi bebas karbon. "Shell mengubah portofolionya, jadi tidak lagi ada di Masela," ujarnya.

Dwi mengatakan, sembari menunggu pengganti Shell, Inpex selaku pemegang saham mayoritas proyek Blok Masela tengah mengurus proses pembebasan lahan dan perizinan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

"Permasalahan utama adalah bagaimana segera memperoleh pengganti Shell untuk proyek Abadi Masela. Ketika satu pihak tidak dalam posisi aktif, jadi terganggu progresnya," kata dia.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan dengan hengkangnya Shell dari proyek Blok Masela, sangat sulit bagi Inpex untuk menanggung 100% biaya yang bernilai miliaran dolar kedepannya.

Padahal potensi Blok Masela bisa merubah posisi Indonesia sebagai produsen gas dunia. "Gas kita berlimpah dan gas merupakan salah satu dari dua potensi terbesar Indonesia dalam bertransisi ke EBT," kata dia kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu, Rabu (16/2).

Menurut Moshe Indonesia sebenarnya telah kehilangan momentum yang bagus beberapa tahun lalu. Mengingat, saat ini pasar Asia sudah jenuh dengan pasokan LNG yang berasal dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.

"Tidak bisa dipastikan apakah ada lagi momentum seperti ini kedepannya, kalau saja pemerintah tidak ikut campur dan membiarkan KKKS maju dengan keahlian dan teknologinya, Indonesia sudah bisa menikmati hasilnya saat ini," ujarnya.

Jalan Shell untuk keluar dari proyek Abadi LNG Masela juga semakin panjang. Sebab proyek tersebut kini harus menambahkan fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan bahwa fasilitas ini ini menjadi salah satu syarat jika Shell ingin menjual PI-nya di Blok Masela. Hal ini di tengah meningkatnya tekanan global untuk memangkas emisi dari sektor energi.

“Shell baru bisa divestasi PI-nya di Masela jika PoD telah direvisi dengan memasukkan CCUS. Kalau tidak, akan sulit (bagi Shell) untuk menjual (PI-nya), karena (gas) tidak akan dianggap sebagai produk hijau,” ujarnya.

Sejauh ini upaya divestasi Shell di blok ini gagal menjaring minat yang signifikan sejak pemerintah mengumumkan rencana tersebut pada pertengahan tahun 2020.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu