Krisis energi yang melanda Uni Eropa (UE) membawa berkah bagi Indonesia. Seiring upaya negara-negara di Benua Biru menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk mengatasi minimnya pasokan gas, ekspor batu bara Indonesia melonjak lebih dari dua kali lipat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor batu bara Indonesia ke UE pada kuartal II tahun ini mencapai US$ 191,2 juta, melonjak 143,72% dibandingkan kuartal sebelumnya senilai US$ 78,4 juta.
Ekspor batu bara Indonesia ke kawasan benua biru mulai mengalami peningkatan sejak kuartal III tahun lalu senilai US$ 5,9 juta. Sebelumnya sepanjang semester I tahun 2021 Indonesia tidak melakukan ekspor ke UE alias nihil.
Lonjakan ekspor batu bara ke UE terutama ke empat negara yakni Italia sebesar US$ 111,7 juta, Belanda US$ 79,2 juta, Polandia US$ 43,2 juta, dan Swiss US$ 15,5 juta.
Secara keseluruhan, nilai ekspor batu bara sampai dengan Juni 2022 nilainya mencapai US$ 4,56 miliar, naik 136,63% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau secara tahunan (year on year/yoy). Lonjakan ekspor batu bara juga menjadi pendorong utama naiknya ekspor produk pertambangan sebesar 103,6% yoy menjadi US$ 5,93 miliar.
Seperti diketahui UE tengah menghadapi krisis energi setelah Rusia memangkas ekspor gas ke kawasan tersebut hingga sebesar 75%. Aliran gas semakin kecil setelah Rusia melakukan perawatan berkala pada pipa Nord Stream 1 selama 10 mulai Senin (11/7) lalu hingga Kamis (21/7) mendatang.
Negara-negara UE, terutama Jerman, khawatir Rusia mematikan aliran gas untuk seterusnya sebagai balasan atas berbagai sanksi yang dijatuhkan negara Barat terkait kondisi di Ukraina.
Untuk menghemat konsumsi gas, sejumlah negara-negara UE menyalakan kembali PLTU batu bara. Sebut saja Jerman, Italia, Belanda, Polandia, Swiss, Spanyol.
Ekspor batu bara Indonesia ke Eropa diprediksi akan terus berlanjut karena pada Agustus mendatang kawasan tersebut akan menyetop impor mineral hitam tersebut dari Rusia.
“Di tengah krisis energi yang melanda blok barat, sejumlah negara Eropa berani untuk menawar harga batu bara Indonesia dengan harga yang lebih tinggi. Padahal kualitas batu bara Indonesia berada di bawah kualitas yang dibutuhkan negara barat,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, Hendra Sinadia, beberapa waktu lalu.