Harga Minyak Merosot Pasca Rilis Inflasi AS yang di Atas Perkiraan

123rf.com/Supakit Poroon
Ilustrasi kilang minyak, BBM
14/9/2022, 07.33 WIB

Harga minyak merosot pada akhir perdagangan Selasa (13/9) setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) merilis data inflasi Agustus naik 0,1%. Indeks harga konsumen tersebut lebih tinggi dari perkiraan pasar dan mendorong Bank Sentral AS, Federal Reserve, untuk menaikkan bunga acuannya pekan depan.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober terpangkas 47 sen atau 0,5 %, menjadi US$ 87,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November kehilangan 83 sen atau 0,9 %, menjadi US$ 93,17 per barel di London ICE Futures Exchange.

Reaksi pasar di atas muncul karena inflasi AS yang tinggi meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga besar lainnya dari Federal Reserve, yang dapat menurunkan permintaan energi.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (13/9/2022) bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) negara itu naik 0,1 % pada Agustus, atau 8,3% secara year on year (yoy). Indeks Harga Konsume inti yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,6% atau meningkat 6,3% yoy.

Sementara itu, Dolar AS menguat setelah rilis laporan inflasi. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melonjak 1,37 % menjadi 109,8150 pada akhir perdagangan Selasa (13/9/2022). Secara historis, harga minyak biasanya berbanding terbalik dengan harga dolar AS.

Pejabat The Fed akan melakukan pertemuan dan menentukan kebijakan suku bunga acuan pada Selasa (20/9/2022) dan Rabu (21/9/2022) depan. "The Fed mungkin harus menaikkan suku lebih cepat dari yang diperkirakan yang dapat menyebabkan sentimen 'risk back off' pada minyak mentah dan penguatan lebih lanjut terhadap dolar," kata Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler, seperti dikutip dari Antara.

Sementara itu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa (13/9/2022) berpegang pada perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada 2022 dan 2023. Hal itu mempertimbangkan tanda-tanda bahwa ekonomi utama bernasib lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.

 Produksi minyak dunia pada Agustus 2022 mencapai 101,26 juta barel per hari (million barrels oil equivalent per day/MBOEPD). Kapasitas produksi tersebut merupakan level tertinggi sejak awal 2020. Tren peningkatan produksi juga diproyeksikan bakal berlanjut sampai akhir tahun 2022, seperti terlihat pada grafik.




 

Reporter: Antara