Pemerintah mencatat ekspor batu bara ke Jerman sebesar 60,50 ribu ton di tengah keputusan Negeri Bavaria yang bakal memperpanjang operasi komersial dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara hingga Maret 2024.
Pengiriman emas hitam yang dilakukan dalam periode Januari hingga Oktober 2022 itu menorehkan nilai ekspor sebesar US$ 5,20 juta atau setara Rp 81,34 miliar dengan hitungan kurs Rp 15.644 per dolar AS.
Kepala Badan Kajian Perdangangan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan Muhri, mengatakan bahwa total volume ekspor batu bara RI ke Eropa pada kurun waktu Januari hingga Oktober 2022 sebesar 5,21 juta ton. Angka ini naik signifikan 3.212,67% dari periode yang sama tahun lalu sejumlah 157,21 ribu ton.
"Volume ekspor batu bara ke Jerman sebesar 60,50 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 5,20 juta," kata Kasan kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat WhatsApp pada Selasa (27/12).
Lonjakan ekspor batu bara ke Eropa ini sejalan dengan meningkatnya nilai ekspor batu bara ke benua biru sebesar US$ 891,97 juta, torehan ini naik signifikan 15.090,98% secara tahunan.
Kasan menjelaskan negara utama tujuan ekspor batu bara ke Eropa terbesar nomer wahid ditempati oleh Polandia dengan volume 1,88 juta ton. Disusul Belanda dengan 1,18 juta ton dan Italia sebanyak 1,12 juta ton. Databoks berikut adalah 10 negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia tahun ini:
Sebelumnya diberitakan, Jerman bersiap untuk kembali meningkatkan penggunaan batu bara sebagai sumber energi nasional. Aksi ini dipertegas usai perusahaan energi yang berbasis di Dusseldorf, Uniper SE menyatakan bakal memperpanjang operasi komersial dua PLTU batu bara di Jerman, paling lambat hingga Maret 2024.
Langkah ini ditujukan dalam upaya untuk menghemat gas alam di musin dingin yang diperkirakan datang sejak akhir Desember tahun ini hingga Maret 2023. Selain itu, eksploitasi batu bara saat ini mendesak dilakukan untuk menghidupkan kembali beberapa pabrik yang tidak beroperasi sepanjang masa krisisi energi.
Produsen mobil Volkswagen AG juga menunda rencana untuk beralih dari batu bara di fasilitas perusahaan di Wolfsburg. Bloomberg mencatat, Jerman menjadi negara Eropa yang siap menjadi salah satu dari sedikit negara yang meningkatkan impor batu bara tahun depan.
Lewat stategi tersebut, Jerman secara bertahap akan kembali meningkatkan ketergantungan pada batu bara, demi menekan dampak krisis energi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Langkah ini pun menjadi ancaman bagi target iklim nasional yang berencana menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap pada 2030 hingga 2038.
Penjabat Kepala Gas, Batu Bara dan Pembangkit di Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), Carlos Fernandez Alvarez, mengatakan bahwa keputusan Rusia untuk membatasi pasokan gas akibat konflik dengan Ukraina menimbulkan krisis energi dan krisis ekonomi di Eropa.
Menurutnya, Jerman sekarang mencoba untuk menyeimbangkan prioritas jangka pendek untuk memperkuat keamanan energi dengan tujuan jangka panjang net-zero emission (NZE) pada 2045.
“Semua orang menjaga target iklim mereka, tetapi memang benar bahwa ketika Anda menghadapi dilema untuk tetap menyalakan lampu atau mengurangi emisi karbon, pilihannya adalah tetap menyalakan lampu,” kata Alvarez, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (27/12).