Pemerintah menegaskan akan memprioritaskan komoditas mineral di dalam negeri untuk proyek transisi energi seperti pengembangan energi baru dan energi terbarukan (EBT), fasilitas penyimpanan energi atau energy storage, dan baterai kendaraan listrik.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan pengembangan energi baru dan energi terbarukan (EBET) harus didukung oleh akselerasi perluasan peran industri mineral di dalam negeri.
Hilirisasi industri mineral dinilai punya peran penting untuk mendukung EBT dari sektor pertambangan di hulu hingga pengolahan mineral dan produksi komponen penunjang EBT di hilir.
"Jika Industri mineral tidak segera meningkatkan penemuan dan pengolahan critical mineral, prospek transisi energi dalam skala besar akan terancam," kata Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR pada Selasa (24/1).
Dalam paparannya, Arifin menunjukkan sejumlah komoditas mineral yang punya peran penting dalam perluasan pemanfaatan EBT. Satu diantaranya adalah tembaga dan alumunium yang merupakan bahan baku utama pembuatan transmisi dan distribusi listrik.
Kemudian ada bahan tambang silikon, uraniun dan logam tanah jarang yang dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan solar panel hingga komponen penunjang pembangkit listrik tenaga bayu dan nuklir.
Pengolahan komoditas tambang mineral kritis seperti nikel, cobalt, tembaga hingga graphite secara menyeluruh juga berperan penting dalam pengembangan fasilitas penyimpanan energi atau energy storage untuk mesin dan baterai kendaraan listrik domestik.
"Pengolahan mineral kritis harus bisa diproses dari hulu ke hilir untuk membentuk rantai pasok dan diprioritaskan untuk mendukung EBET," ujar Arifin.
Kementerian ESDM mencatat potensi sumber daya dan cadangan mineral yang terkandung dalam perut bumi Indonesia. Untuk nikel, Indonesia memiliki cadangan yang bisa dimanfaatkan sebesar 5,7 miliar ton dari total 17,69 miliar ton.
Selanjutnya dari sisi mineral tembaga tercatat cadangan bijih tembaga sebesar 3 miliar ton, sementara jumlah total sumber dayanya mencapai 15,96 miliar ton.
Pengolahan bijih tembaga juga dapat meningkatkan konsumsi listrik nasional. Kementerian ESDM mencatat pengolahan bijih tembaga yang sudah diolah menjadi produk akhir seperti kebel tembaga dapat berperan penting dalam proses transisi energi, terutama pada penyediaan komponen transmisi dan kabel jaringan.
Hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri berpotensi mengerek konsumsi listrik di dalam negeri. Selain untuk operasional smelter, konsumsi listrik akan meningkat melalui tren elektrifikasi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Lebih lanjut, implementasi hilirisasi pada bijih nikel berpotensi untuk meningkatkan serapan listrik domestik lewat hasil komoditas hilir berupa baterai, sistem penyimpanan atau storage system pada pembangkit energi terbarukan intermiten, hingga barang elektronik.
"Nikel ke depan sangat penting untuk produksi baterai, storage system dan bisa menjadi komponen elektronik," kata Arifin dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 pada Rabu (30/11).