Insentif Gas Murah Gagal Kerek Produktivitas dan Daya Saing Industri

ANTARA FOTO/Syaiful Arif/rwa.
Insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk industri dinilai belum mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing industri penerimanya, salah satunya industri pupuk.
2/2/2023, 15.39 WIB

"Untuk itulah kami ingin tanyakan juga realisasinya. Gasnya ini udah disuplai, disediakan harganya, tapi kenapa kok gak naik-naik produksinya," kata Arifin.

Arifin memaparkan bahwa alokasi gas murah kepada tujuh industri terus meningkat selama tiga tahun terakhir. Realisasi penyaluran gas murah pada 2020 berada di volume 928,17 MMSCFD. Angka ini terus meningkat pada dua tahun berikutnya, masing-masing 1.080,38 MMSCFD pada 2021 dan 1.054,54 MMSCFD pada 2022.

Dari tujuh sektor industri tertentu yang mendapat hak gas murah, pabrik pupuk dan keramik secara tiga tahun berturut-turut menjadi sektor yang paling banyak menerima alokasi HGBT.

Pada tahun 2022, industri pupuk mendapat 761 MMSCFD gas murah atau 88,99% dari porsi jumlah penyerahan harian (JPH) gas sebesar 855,09 MMSCFD yang tertulis di Keputusan Menteri ESDM Nomor 134 tahun 2021. Sementara industri keramik mendapat 88,65 MMSCFD gas murah atau 67,88% dari jatah JPH gas sebanyak 130,60 MMSCFD.

Arifin melanjutkan, kementeriannya juga akan berkomunikasi dengan Kementerian Perindustrian dan industri terkait perihal penyaluran gas murah. Terutama pada industri pupuk yang punya kewajiban menyalurkan 80% hasil produksi untuk pupuk subsidi.

"Kami juga minta mereka untuk memberikan laporan berapa konsumsi yang ada dan berapa produksi yang bisa meningkat lewat program-program untuk pengembangan kapasitasnya," ujar Arifin.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu