Dua raksasa minyak dan gas (migas) Amerika Serikat (AS), Chevron Inc. dan ExxonMobil Corporation akan melakukan akuisisi untuk menambah cadangan dan produksi minyak dan gas (migas), terutama dari minyak dan gas serpih, hingga bertahun-tahun ke depan.
Chevron Inc. dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi Hess senilai US$ 53 miliar atau sekitar Rp 842 triliun. Sedangkan ExxonMobil, akan mengakuisisi Pioneer Natural Resources senilai US$ 60 miliar atau Rp 953 triliun.
Dengan akuisisi ini, Chevron dan Exxon semakin meninggalkan kompetitor Eropanya di bisnis bahan bakar fosil. Banyak raksasa migas Eropa telah mengalihkan fokusnya ke energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon.
“Ini bagus untuk keamanan energi. Ini menyatukan dua perusahaan besar Amerika,” kata CEO Chevron Michael Wirth terkait akuisisi Hess, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/10). Sebelumnya Chevron telah meningkatkan portofolio migasnya dengan mengakuisisi dua pesaing lainnya, PDC Energy dan Noble Energy.
Kombinasi Hess, PDC, dan Noble akan menjadikan total produksi migas Chevron menjadi sekitar 3,7 juta barel per hari (bph). Ini akan meningkatkan produksi minyak serpih Chevron sebesar 40% menjadi 1,3 juta bph, sehingga sejajar dengan proyeksi produksi minyak serpih Exxon setelah akuisisi Pioneer.
Dengan mengakuisisi Hess, Chevron kini memiliki 30% saham di blok minyak Stabroek di Guyana yang dikelola Exxon dengan kepemilikan saham 45% dan China National Offshore Oil Company (CNOOC) dengan 25% saham. Blok Stabroek diperkirakan memproduksi 1,2 juta bph minyak pada 2027.
“Kesepakatan ini adalah tentang aset Guyana kelas dunia, yang sejauh ini merupakan permata utama dalam portofolio Hess,” tulis analis Capital One Securities dalam sebuah catatan.
Guyana telah menjadi salah satu negara produsen minyak dengan pertumbuhan tercepat di dunia setelah penemuan lebih dari 11 miliar barel minyak dan gas sejak 2015.
CEO Hess, John Hess, mengatakan pemerintah Guyana dan Exxon akan menyambut baik masuknya Chevron ke ladang minyak negara tersebut. Hess mengaku bahwa dia telah melakukan pembicaraan dengan Wirth selama sekitar dua tahun. “Kami akhirnya membicarakan perusahaan masing-masing dan kecocokan strategisnya,” ujarnya.
Sementara itu Pioneer yang akan segera diakuisisi Exxon merupakan produsen minyak terbesar ketiga setelah Chevron dan ConocoPhillips di cekungan Permian yang membentang di sebagian Texas hingga New Mexico.
Cekungan ini merupakan cekungan yang menjadi pusat perhatian industri energi AS karena biaya ekstraksi minyak dan gas yang relatif rendah.
Dengan mengakuisisi Pioneer, Exxon akan menambah produksinya di cekungan Permian menjadi 1,3 juta bph minyak dan menjadi sekitar 2 juta bph pada 2027.