Ganjar Ingin Gas Natuna Digarap RI Jika Jadi Presiden, Ini Potensinya

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc.
Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyapa pendukungnya saat tiba di lokasi debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat pilpres putaran ketiga tersebut bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.
8/1/2024, 10.30 WIB

Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo memberi tanggapan terkait pembahasan soal Laut Cina Selatan. Ganjar menyebut, perlunya adanya penguasaan gas di Natuna Utara oleh Indonesia.

“Begitu saya menjadi presiden, kita tunjukan kedaulatan kita, gas yang ada di Natuna Utara harus dieksploitasi oleh kita sendiri untuk menunjukan power kita kepada dunia,” kata Ganjar dalam Debat Ketiga Capres 2024 pada Minggu (7/1).

Terkait hal itu, ternyata Natuna memiliki wilayah yang potensial. Salah satunya East Natuna yang memiliki sejumlah potensi minyak dan gas yang cukup besar.

Blok East Natuna misalnya, dibagi menjadi tiga wilayah kerja (WK), mulai dari WK Arwana-Barakuda, WK Paus dan WK D-Alpha sebagai lapangan migas yang paling besar. WK Arwana-Barakuda kemudian berganti nama menjadi WK East Natuna.

Blok East Natuna bahkan ditaksir memiliki potensi gas hingga 222 triliun kaki kubik (TCF) dengan kandungan karbon dioksida atau CO2 yang mencapai 71%. Kandungan CO2 yang tinggi ini berimbas pada pengelolaan yang lebih rumit dan mahal dibandingkan blok migas lainnya.

Potensi Natuna Besar Tapi Terhenti

Meski memiliki cadangan dalam jumlah besar, namun kegiatan penambangan gas di Blok East Natuna terhenti seiring keputusan ExxonMobil dan perusahaan migas asal Thailand.

Tak hanya itu, PTT Exploration and Production (PTT EP) yang sebelumnya merupakan bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina, juga memilih hengkang dan tidak melanjutkan kerja sama.

Pertamina masuk dalam salah satu pengelola Blok East Natuna, namun pada akhir 2022 lalu, perusahaan memutuskan untuk melepas pengelolaannya di salah satu WK yakni Natuna D-Alpha karena memiliki kandungan CO2 yang tinggi.

“Pertamina sudah mencabut diri dari D-Alpha. Tapi kan itu dibagi tiga, Pertamina akan tetap di Arwana-Barakuda," kata Dirjen Migas ESDM Tutuka Ariadji pada Jumat (3/2).

Pertamina Hulu Pertahankan WK East Natuna

Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Arya Dwi Paramita, mengatakan, perseroan masih mempertahankan sebagian WK East Natuna, Riau. WK East Natuna memiliki area yang luas, di mana salah satunya terdapat reservoir gas raksasa.

"Daerah yang kaya CO2 termasuk struktur AL rencananya akan dikembalikan ke negara dan Pertamina akan fokus untuk mempercepat eksplorasi prospek-prospek yang sudah diidentifikasi," kata Arya kepada Katadata.co.id, Rabu (30/11).

WK East Natuna merupakan lapangan yang dilelang ulang usai PT Pertamina sebagai pihak yang diberi penugasan khusus memutuskan untuk mengembalikan blok migas tersebut ke tangan pemerintah.

Kementerian ESDM menetapkan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjadi pemenang lelang wilayah kerja (WK) Migas East Natuna, Kepulauan Riau, dengan total investasi sebesar US$ 12,5 juta atau sekira Rp 187,3 miliar.

Setelah ditetapkan sebagai pengelola WK East Natuna, Pertamina terikat komitmen untuk melaksanakan studi G&>, akuisisi data seismik 3D 430 km persegi dan pengeboran satu sumur eksplorasi.

Reporter: Mela Syaharani