Pemerintah Berencana Bangun Kilang LNG Baru di Aceh

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/tom.
Petugas memeriksa instalasi pipa regasifikasi (pengubahan kembali LNG menjadi gas) di area pabrik PT Perta Arun Gas (PAG) di Lhokseumawe, Aceh, Senin (27/2/2023).
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
12/1/2024, 12.34 WIB

Pemerintah berencana membangun kilang gas alam cair (LNG) baru di Aceh. Langkah ini sebagai upaya untuk mengganti fasilitas yang sudah tua di provinsi tersebut. 

"Karena kilang di Arun tidak semua peralatan bisa digunakan,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji di kantornya, Jakarta, Kamis (11/1).

Rencana pembangunan kilang mulai berhembus saat Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan kilang LNG Arun tidak bisa digunakan untuk menyerap potensi gas yang ada di Aceh.

Sebagai informasi, pada Desember lalu SKK Migas bersama Mubadala Energy mengumumkan penemuan gas baru sebanyak 6 triliun kaki kubik (TCF) dari sumur Eksplorasi Layaran-1, di South Andaman. Lokasinya, sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara. 

Tutuka menyebut tidak semua fasilitas dapat direvitalisasi. Beberapa yang sudah tua bahkan harus diganti.

Sebagai informasi, gas bumi dari Sumatera Bagian Utara telah lama berproduksi. Lapangan Arun mulai mengalirkan gas pada awal 1970an. Ketika itu, perusahaan asal Amerika Serikat, Mobil Oil (lalu menjadi ExxonMobil Oil), yang melakukan pengeboran. 

Produksi gas tersebut sebagian besar diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Sisanya  untuk pabrik Pupuk Iskandar Muda dan Pembangkit Listrik.

Bertahun-tahun kemudian kilang LNG Arun menjadi mati suri karena kurangnya pasokan gas. Kabar baik baru muncul pada 2022. Pemerintah menyebut adanya potensi cadangan gas besar alias giant discovery di utara Aceh, termasuk Blok Andaman. 

Terkait rencana pembangunan kilang, menurut Tutuka, semua pihak dapat mengerjakannya. “Bisa (Mubadala), bisa siapa saja,” ujarnya.

Mubadala Energy merupakan operator South Andaman yang berkantor pusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sumur Layaran-1 merupakan sumur dalam pertama yang dioperasikan perusahaan. Pengeborannya hingga kedalaman 4.208 meter pada kedalaman air laut 1.207 meter.

Di sumur tersebut ditemukan kolom gas (gas column) yang luas dengan ketebalan lebih dari 230 meter. Akuisisi data lengkap, termasuk wireline, coring, sampling, dan production test (DST) telah dilakukan. 

Sumur dengan sukses mengalirkan kualitas gas yang sangat baik dengan kapasitas 30 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebelumnya, SKK Migas menekankan perlunya percepatan proses produksi temuan ini sehingga dapat sesegera mungkin dioptimalkan.

“Tahun 2024 akan mulai appraisal. Lalu, 2025 hingga 2026 sudah rencana pengembangan (PoD) dan pada 2028 hingga 2029 sudah onstream (produksi),” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen SKK Migas, Benny Lubiantara dalam siaran pers yang dikutip pada akhir Desember lalu.

Penemuan cadangan gas (gas resources discovery) besar ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BOEPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar gas standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

Reporter: Mela Syaharani