Badan Geologi telah menerbitkan peta sebaran mineral kritis dan strategis. Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan dalam peta tersebut juga ada sebaran logam tanah jarang.

Berdasarkan hasil penyelidikan, Wafid mengatakan pihaknya merekomendasikan sebuah wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) logam tanah jarang di Indonesia.

“Kami usulkan WIUP logam tanah jarang yang pertama, yakni di Mamuju, Sulawesi Barat,” kata Wafid dalam konferensi pers yang dipantau secara daring pada Jumat (19/1).

Dalam menemukan potensi mineral kritis dan strategis ini, Wafid mengatakan pihaknya melakukan kegiatan kolaborasi dengan institusi luar negeri, salah satunya dengan Korea Selatan.

Berdasarkan paparan Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi (PSDMBP) pada 2021 menemukan logam tanah jarang di Mamuju dengan kadar 747 hingga 4.571 ppm dalam tipe endapan lateritik atau ion adsorption.

Badan Geologi menulis, formasi pembawa logam tanah jarang ini berasal dari batuan Gunungapi Adang yang ditemui dalam mineral pembawa seperti apatit dan titanit. Satu tahun kemudian tepatnya pada 2022 kegiatan yang dilakukan PSDMBP terhadap mineral langka ini mengalami peningkatan hasil temuan.

Pada 2022 kadar logam tanah jarang yang terkandung mencapai 1.500-6.021 ppm dengan sumber daya sebanyak 85.441,26 ton. Hasil ini diperoleh dari kegiatan pengeboran dengan sistem gride di 12 titik bor, dengan total kedalaman kurang lebih 650 meter.

“Ke depan diharapkan lebih banyak rekomendasi yang kami hasilkan untuk mengusulkan WIUP logam tanah jarang di indonesia,” kata Wafid.

Sebagai informasi, perusahaan holding pertambangan BUMN PT Timah juga mengembangkan penelitian soal mineral ikutan timah,salah satunya adalah logam tanah jarang.

SVP strategic Management, Research dan Business Development Daswir Syarif mengatakan setiap penambangan timah akan menghasilkan mineral ikutan seperti monasit, zircon, ilmenite, dan beberapa mineral lainnya.

Daswir menyebut, penelitian mineral ikutan ini merupakan salah satu upaya transisi energi, dimana hasil mineral ikutan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Melihat potensi mineral ikutan ini, dia menyebut terus melakukan penelitian dari sisi sumber daya dan cadangan yang lebih besar dibandingkan mineral utamanya.

Terkait mengenai monasit, sebelumnya Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Nur Adi Kuncoro mengatakan telah menginventarisasi lokasi yang memiliki potensi penambangan monasit.

“Ada di Bangka Selatan dan Belitung Timur, lokasinya di darat,” kata Adi dalam Public Exposes Live 2023 sesi PT Timah yang dipantau secara daring pada Selasa (28/11/23).

Reporter: Mela Syaharani