Riset: Data Gas Metana dari Tambang Batu Bara RI Tidak Akurat

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).
Penulis: Sorta Tobing
12/3/2024, 12.53 WIB

Lembaga think tank energi global, EMBER Climate, menyebut angka emisi gas metana tambang batu bara (coal mine methane) di Indonesia tidak dilaporkan dengan akurat. Dalam hitungannya, tambang batu bara menghasilkan gas metana hingga delapan kali lebih besar dibandingkan estimasi resmi pemerintah.

Perbedaan data ini mengancam tujuan Global Methane Pledge, yang juga ditandatangani Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, sebanyak 111 negara sepakat mengurangi gas metana global  sebanyak 30% pada 2030.

Ketidakakuratan data di Indonesia terjadi karena pemerintah memakai metode perhitungan lama. "Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengakui keberadaan masalah ini dan memperbarui metode estimasi gas metana tambang batu bara Indonesia dalam laporan transparansi dua tahunan (BTR) pada Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) mendatang," kata Analis Senior Iklim dan Energi Indonesia EMBER Climate, Dody Setiawan, dalam siaran persnya, Selasa (12/3). 

Selain itu, laporan iklim Indonesia juga tidak memperhitungkan emisi dari berbagai aktivitas tambang bawah tanah yang dilakukan oleh 15 perusahaan batu bara. Dengan laju peningkatan emisi gas metana tambang batu bara terbuka yang mencapai 12% per tahu sejak 2000, tambahan emisi dari tambang bawah tanah akan memperbesar angka tersebut. 

"Kurangnya transparansi, serta sistem pengawasan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) yang kuat menjadi tantangan bagi evaluasi terhadap aktivitas pertambangan yang efektif," ucap Manajer Proyek Global Coal Mine Tracker, Global Energy Monitor (GEM) Dorothy Mei. 

Metana merupakan komponen utama gas alam. Gas ini dapat bocor selama produksi batu bara ketika lapisan batuan retak. Operator tambang kadang secara rutin melepaskan metana ke atmosfer untung mengurangi risiko kesehatan dan keselamatan bagi pekerja.

Gas metana memiliki kekuatan pemanasan 80 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida dalam 20 tahun pertama keberadaannya di atmosfer. Saat ini hanya sedikit tambang yang memakai teknologi penangkap gas metana di atas tanah. 

 

 

Melansir Bloomberg, banyak negara tidak melaporkan emisi metana mereka. Pada 2022, Australia merevisi penghitungan polusi metana dari tambang batu bara terbuka. Total emisi tahunan nasionalnya naik 0,3% lebih tinggi dari yang dinyatakan selama lebih dari 30 tahun.