Kementerian ESDM melaporkan capaian lifting migas pada kuartal I 2024 turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lifting minyak tercatat mencapai 563 ribu barel per hari (bph), atau turun 8% dibandingkan tahun lalu 613,7 ribu bph. Sementara lifting gas sebesar 5.075 mmscfd, turun 6% dibandingkan capaian pada periode yang sama 2023 sebesar 5.399 mmscfd.
“Capaian lifting minyak 563 ribu bph, 88,5% dari target APBN sebesar 635 ribu bph. Sedangkan capaian lifting gas sebesar 5.075 mmscfd atau 87,7% dari target APBN sebesar 5.784 mmscfd,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta pada Jumat (4/5).
“Untuk menjaga produktivitas migas nasional, satu yang harus diperhatikan dalam mengawal proyek-proyek strategis nasional agar bisa menghasilkan produk secara optimal dan tepat waktu,” ujarnya.
Sebab menurut Arifin ketepatan waktu realisasi onstream proyek migas berpengaruh besar terhadap kinerja produksinya. “Kemunduran realisasi proyek akan mengakibatkan target produksi tidak tercapai dan biaya yang tidak terkendali,” ucapnya.
Selain itu, Arifin juga mendorong SKK Migas untuk mencari jalan keluar agar rencana kerja hulu migas dapat terlaksana dengan optimal. “SKK Migas juga mendorong agar kegiatan eksplorasi dapat dilakukan secara masif demi keberlanjutan operasi hulu migas,” kata dia.
Arifin juga meminta SKK Migas untuk membuat perencanaan secara matang terkait penemuan migas baru. “Pada saat yg sama SKK Migas harus membuat perencanaan matang agar temuan cadangan di lapangan-lapangan migas baru agar segera diproduksikan,” ujar Arifin.
Sebagai informasi, pada tahun lalu lifting minyak ditarget mencapai 660 bph dengan realisasi 605, 5 bph atau 92% dari APBN. Sementara lifting gas sebanyak 6.160 mmscfd dengan realisasi sebesar 5.378 mmscfd atau 87% dari target APBN.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan capaian lifting minyak memang masih di bawah target. Namun selama 2023 kinerja hulu minyak mampu mengurangi penurunan produksi atau decline yang pada 2022 mencapai 7% menjadi 1% di 2023.
“Mudah-mudahan decline bisa terus kami kurangi. Kalau bisa tahun depan sudah benar-benar tidak ada decline,” kata Dwi saat konferensi pers di Jakarta pada Jumat (12/1).
Meski tidak mencapai target APBN 2023, namun Dwi menyampaikan bahwa kinerja lifting gas mengalami peningkatan 1% dibandingkan 2022. “Insyaallah bisa incline lagi di 2024 setelah Tangguh Train 3 berjalan selama satu tahun akan lebih baik lagi. Karena pada 2023 Tangguh Train 3 baru berjalan selama tiga bulan saja,” ujarnya.