Kerugian Pariwisata Indonesia Akibat Corona Rp 7 Triliun per Bulan

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Sejumlah wisatawan membawa barang bawaan setibanya di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Rabu (22/1/2020).
25/2/2020, 13.30 WIB

Pariwisata di Indonesia tengah menghadapi tekanan seiring wabah virus corona. Pemerintah memperkirakan potensi devisa dari sektor pariwisata yang hilang imbas masalah wabah ini mencapai ratusan juta dolar tiap bulan.

"Dampak virus corona, pariwisata ada kerugian kira-kira US$ 500 juta per bulan (Rp 7 triliun)," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Selasa (25/2).

(Baca: Isolasi Tiongkok & Risiko Kehilangan Pembelanja Terbesar Wisata Dunia)

Wabah virus corona membuat pariwisata internasional terganggu. Ini seiring pembatasan dan larangan penerbangan untuk meredam penyebaran virus tersebut.

Pemerintah Indonesia sendiri memutuskan untuk menunda penerbangan dari dan menuju Tiongkok sejak awal Februari lalu. Meskipun, selama ini, pariwisata Indonesia banyak mendapat sokongan dari turis Tiongkok.

Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio menjelaskan turis asal Tiongkok melakukan 2,07 juta kunjungan ke Indonesia pada tahun lalu. Sedangkan total biaya yang dihabiskan mencapai US$ 1.400 untuk setiap kunjungan.

(Baca: Kekhawatiran Meningkat Seiring Lonjakan Kasus Corona di Luar Tiongkok)

Meski begitu, potensi kehilangan devisa imbas wabah virus corona bukan hanya berasal dari absennya turis Tiongkok, tapi juga turis negara lain. Sebab, dalam kondisi saat ini, turis dari negara lain juga memilih menunda perjalanan.

"Secara devisa (potensi kehilangan) mencapai US$ 2,8 miliar. Ini baru dampak langsung dari wisatawan Tiongkok," kata dia. Sedangkan secara keseluruhan, potensi kehilangan devisa diperkirakan mencapai US$ 4 miliar.

Selain sektor pariwisata, Luhut menyebut wabah virus corona telah berdampak pada proyek pembangunan infrastruktur di Tanah air. Pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung terhambat. Salah satu penyebabnya, sebagian besar tenaga ahli yang bekerja dalam proyek tersebut berasal dari Negeri Panda dan belum bisa masuk ke Tanah air.

(Baca: Kereta Cepat Terimbas Corona, Pekerja Tertahan & Material Terganggu)

Namun, ia belum bisa memastikan seberapa besar gangguan pada proyek tersebut. “Tergantung berapa lama virus coronan ini bisa berhenti," ujarnya.