Asosiasi Sebut Sembilan Pabrik Tekstil Tutup akibat Gempuran Impor

Katadata | Arief Kamaludin
Ilustrasi tekstil. Pabrik tekstil yang tutup sulit bersaing dengan produk-produk impor yang membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti
9/9/2019, 16.01 WIB

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan sudah ada sembilan pabrik tekstil yang ditutup dalam dua tahun terakhir ini. Penyebabnya, penjualan pabrik tekstil tersebut menurun akibat tergerus produk impor.

"Domestik ini pasarnya diisi oleh barang impor yang notabene harganya jauh lebih murah dari mereka (domestik). Tentu tidak ada pilihan lain selain menutup industrinya," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Senin (9/9).

Ia enggan merinci nama-nama perusahaan tersebut. Namun, menurut dia, pabrik tekstil tersebut berada pada skala menengah atau industri antara. Salah satunya merupakan pabrik pemintalan. 

(Baca: Produk Lokal Sulit Bersaing, Pemerintah Diminta Setop Impor Tekstil)

Selebihnya, pabrik yang tutup memproduksi  tenun dan rajut. Ade mengatakan, pabrik tenun yang telah ditutup akan sulit untuk dihidupkan kembali. Hal ini berbeda dengan pabrik rajutan yang dapat dibuka kembali dengan mudah tanpa persiapan yang panjang.

Ia pun menegaskan lapangan kerja akan semakin terdampak bila semakin banyak produk impor. Sebab, jumlah industri yang berorientasi pada pasar domestik lebih banyak dibandingkan industri yang melakukan ekspor.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika