Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mencari cara pembiayaan infrastruktur yang lebih tahan bencana alam. Formulasinya akan dibahas pemerintah dengan dunia usaha di sela-sela sidang tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia di Bali pekan depan.
Kepala BKPM Thomas T. Lembong mengatakan pendanaan bagi infrastruktur yang lebih tahan bencana harus diperhatikan. Makin banyaknya masyarakat masuk kelas menengah membuat mereka amat peduli dengan ketahanan infrastruktur dari bencana.
(Baca juga: Target Utama Jokowi dari Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali )
Apalagi, sejauh ini masalah ketahanan terhadap bencana belum terjamah industri keuangan. “Mumpung banyak pelajaran dari peristiwa gempa Lombok dan Sulawesi Tengah. Saya ingin memanfaatkan acara IMF - World Bank untuk bicara aspek bencana,” kata Thomas yang kerap dipanggil Tom ini di kantornya, Jakarta, Rabu (3/10).
Beberapa infrastruktur yang dapat diperkuat misalnya di sektor kelistrikkan dan telekomunikasi yang lebih tahan gempa. Thomas berharap dari pertemuan nanti ada inovasi baru yang menyasar proyek-proyek seperti ini. Sebagai contoh, hendak dibuat kalkulasi credit score bagi proyek yang masuk program tersebut.
Selain itu, kejadian bencana dapat melahirkan inovasi yang berbeda ketimbang biasanya. Salah satunya adalah jaringan listrik yang terdesentralisasi dari yang sebelumnya mengandalkan satu sumber besar saja. Misalnya panel tenaga surya
Karena memiliki karakteristik yang unik, pendanaannya pun berbeda dari yang konvensional. “Karena berorientasi konsumen,” ujar dia. (Baca pula: BKPM: Investasi Sektor Farmasi Rentan Terdampak Pelemahan Rupiah).
Untuk diketahui, acara forum infrastruktur tersebut digelar BKPM bersama HSBC. President Director HSBC Sumit Dutta mengatakan topik infrastruktur masih relevan bagi Indonesia.
Menurut Sumit Dutta, konektivitas dan terhubungnya wilayah merupakan cara agar potensi ekonomi Indonesia tercapai. “Kami percaya Indonesia menarik dan dapat menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2045,” kata dia.