Pemerintah menargetkan skema pembiayaan campuran (blended finance) akan mulai digunakan pada tahun ini. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan hal ini usai pertemuannya dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Bambang menjelaskan Bappenas akan mendorong skema tersebut masuk dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) serta dikombinasikan dengan pembiayaan yang telah ada sebelumnya di Indonesia. "Intinya kami dorong agar (program) SDGs bisa manfaatkan blended finance secara luas," kata Bambang di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (1/2).
Blended finance merupakan pembiayaan proyek atau program yang dananya bisa berasal dari campuran uang negara, perbankan atau swasta. Bisa juga berasal dari dana kedermawanan seperti dari lembaga filantropi atau dana yang dihimpun dari masyarakat. Dana ini kemudian dijadikan sebagai modal swasta untuk investasi jangka panjang.
(Baca: Dana Infrastruktur Seret, Pemerintah Lirik Sumber dari Filantropi)
Bambang mengaku belum bisa mengestimasikan berapa potensi pembiayaan campuran yang dapat ditarik ke Indonesia. Sedangkan untuk proyeknya sendiri, Bambang menjelaskan bahwa proyek terkait pengentasan kemiskinan serta lingkungan akan diprioritaskan untuk dibiayai dengan skema ini. "Contoh awalnya dua isu itu dulu," ujarnya.
Pemerintah terus mengkaji kemungkinan pembiayaan infrastruktur menggunakan skema pembiayaan campuran (blended finance). Skema tersebut dinilai berpotensi digunakan untuk membiayai beberapa proyek kereta listrik ringan (light rail transit/LRT) yang saat ini tengah dikembangkan di berbagai wilayah Indonesia.
"Semua LRT di Indonesia kan bisa jadi model, seperti di Palembang, Medan, Surabaya, itu kan banyak," kata Luhut. (Baca: Luhut Jajal Proyek Labuan Bajo dengan Skema Pembiayaan Campuran)
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Arif Havas Oegroseno menambahkan, potensi pembiayaan LRT menggunakan skema blended finance dengan pertimbangan adanya kemiripan model pendanaan LRT Jabodebek. Pasalnya, LRT Jabodebek melibatkan pembiayaan dari perbankan nasional, perbankan internasional, juga pemerintah.
"Jadi itu (pembiayaannya) campuran," kata Havas.
Selain itu, pemerintah juga berencana menggunakan skema blended finance untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Havas mengatakan, salah satu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang berpotensi menggunakan blended finance berada di Banyuwangi, Jawa Timur.
(Baca: Kemenko Maritim Kaji Pembiayaan Campuran untuk Proyek LRT Nasional)