PMI Manufaktur Indonesia Oktober Catat Rekor Tertinggi dalam Sejarah

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). WIMA menargetkan penjualan sepeda motor listrik dengan 85 persen komponennya produksi dalam negeri dan baru saja diekspor ke Senegal tersebut sebanyak tujuh ribu unit hingga akhir 2021.
Penulis: Maesaroh
1/11/2021, 08.54 WIB

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia melesat ke level 57,2 di bulan Oktober 2021,  jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada September 2021 yakni 52,2. Level tersebut juga menjadi rekor baru sepanjang pencatatan PMI di Indonesia.

Rekor terbaru sebelumnya adalah 55,3 pada bulan Mei 2021.  Level 57,2 di bulan Oktober sekaligus menandai manufaktur Indonesia terus berada dalam fase ekspansif setelah mengalami kontraksi pada Juli dan Agustus.

 Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50. 

Dalam laporannya, IHS Markit mengatakan penurunan kasus Covid-19 serta pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat sektor manufaktur Indonesia tumbuh cepat.

"Angka ini menggambarkan kondisi bisnis yang membaik di seluruh sektor manufaktur Indonesia selama dua bulan berturut-turut," tutur  IHS Markit dalam laporannya.

 Tingkat pertumbuhan  PMI Manufaktur di bulan Oktober 2021 juga merupakan yang tercepat sejak survei dilakukan pada bulan April 2011.

IHS Markit mengatakan fakto rutama dari kenaikan tajam PMI Manufaktur di bulan Oktober adalah meningkatnya pekerjaan baru serta output perusahaan.

"Perbaikan di dalam negeri dalam hal situasi Covid-19 bersamaan dengan pelonggaran PPKM mampu meningkatkan permintaan dan memulihkan ekonomi,"tutur IHS Markit.

Kendari demikian, IHS Markit tetap menyoroti masih terkontraksinya permintaan dari luar negeri meskipun relatif lebih kecil.

Di waktu yang sama, tingkat ketenagakerjaan naik untuk pertama kalinya dalam empat bulan meskipun hanya naik tipis.

 Sementara itu, aktivitas pembelian mengalami ekspansi yang sangat tajam sehingga meningkatkan tingkat persediaan input.

Dengan makin menguatnya permintaan maka perusahaan berencana untuk memperluas dan meningkatkan kapasitas operasional mereka. 

Kondisi tersebut membuat permintaan akan tenaga kerja meningkat untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir.

Kendati demikian, penumpukan pekerjaan masih terjadi meskipun level kenaikan penumpukannya tidak setinggi pada bulan September.

Perusahaan manufaktur juga kembali menaikkan aktivitas pembelian pada bulan Oktober. Baik kuantitas maupun stok pembelian naik yang mencatatkan rekor tertingginya.

 Sebaliknya, karena naiknya permintaan sementara ada kekurangan input maka tingkat persediaan di level pasca produksi menurun.

Dari segi kinerja penjual, kekurangan pasokan dan adanya permasalahan pengiriman menyebabkan waktu pemenuhan pesanan kembali bertambah panjang pada bulan Oktober.

Dari segi harga, adanya kekurangan pasokan menyebabkan harga naik. Inflasi harga input naik pada level tertingginya dalam delapan tahun didorong oleh kenaikan biaya bahan baku. Akibatnya, perusahaan meneruskan beban biaya yang lebih besar kepada konsumen.

Kondisi ini mengakibatkan kenaikan harga output walaupun kisaran kenaikan harganya lebih lambat  dibandingkan bulan September.

 Sementara itu, sentimen bisnis secara keseluruhan membaik pada bulan Oktober, naik ke level di atas rata-rata jangka panjang.

Responden survei secara umum berharap bahwa kondisi bisnis akan terus membaik sejalan dengan makin berkurangnya dampak kasus Covid-19 kepada sektor manufaktur.

Sebagai catatan, Indonesia mencatatkan kasus Covid-19 sebanyak 29.254 di bulan Oktober 2021, jauh menurun dibandingkan 680.143 di bulan Agustus 2021.

Rasio positif kasus harian di bulan Oktober juga di bawah 1% sementara pada bulan Agustus di kisaran 20%.

PMI Indonesia sempat berada di bawah level 50 sepanjang Maret 2020 hingga Oktober 2020, kecuali pada bulan Agustus 2020 di mana PMI sempat menyentuh level 50,8. 

PMI Indonesia bahkan menyentuh level terendah sepanjang sejarah pada April 2020 dengan angka hanya mencapai 27,50 poin.

PMI Mulai membaik menjelang awal tahun 2021 dan bahkan mencapai rekor baru di Mei tahun ini di level 55,3.
Namun, PMI Indonesia turun ke level 53,50 di bulan Juni 2021 karena lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta.

PMI terkontraksi pada dua bulan setelahnya di Juli sebesar 40,1. dan  43,7 di bulan Agustus. PMI kembali ke level ekspansif pada September setelah adanya sejumlah pelonggaran.