Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia mencatat rata-rata harga tandan buah segar yang dibeli pabrik kelapa sawit masih di bawah Rp 1.800 per kg. Padahal ekspor produk sawit Indonesia sudah melonjak tajam.
Ketua Apkasindo, Gulat Manurung, mengatakan bahwa harga untuk petani bermitra lebih baik yaitu Rp 2.048 per kg. Namun, harga tersebut masih di bawah rata-rata harga yang ditetapkan Dinas Perkebunan di 22 Provinsi senilai Rp 2.128 per kg.
"Idealnya berdasarkan harga CPO, harga TBS seharusnya Rp 2.600 sampai Rp 2.750 per kg," kata Gulat, kepada Katadata.co.id, Jumat (14/10).
Gulat mengatakan, harga TBS saat ini masih di bawah harga pokok produksi atau HPP senilai Rp 1.950 - 2.350 per kg. Harga TBS yang rendah menyebabkan daya beli petani semakin merosot.
Kondisi bagi petani semakin berat karena harga pupuk saat ini naik hingga 300%. Hal itu menyebabkan sebanyak 65 % petani sawit saat ini tidak melakukan pemupukan untuk mengurangi biaya produksi.
Sementara 25% petani lainnya masih melakukan pemupukan namun hanya setengah dosis. Sepuluh persen lainnya masih memupuk tanaman sawit menggunakan pupuk organik atau yang tidak jelas kualitasnya.
"Hal ini akan berbahaya karena akan mempengaruhi produktivitas kebun sawit rakyat,"ujarnya.
Menurut Gulat, fenomena tersebut sudah terjadi sejak enam bulan lalu. Hal ini berdampak pada produktivitas kebun sawit rakyat yang anjlok sampai 40% sebagai dampak perilaku pemupukan kebun sawit rakyat.
Ekspor Produk Sawit Melonjak
Masih rendahnya harga TBS di tingkat petani terjadi meskipun ekspor produk sawit telah melonjak. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI menyatakan bahwa ekspor produk sawit Indonesia pada Agustus 2022 naik 60% dibandingkan bulan sebelumnya.
Pengiriman ke India tercatat mengalami kenaikan tertinggi hingga 193% dibandingkan Juli 2022. Sementara di posisi kedua dan ketiag adalah Cina dan Uni Eropa.
Berdasarkan catatan GAPKI, ekspor produk sawit Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 4,33 juta ton. Jumlah tersebut naik 1,63 juta ton dari Juli 2022 yang mencapai 2,7 juta ton. Kenaikan ekspor tertinggi adalah jenis olahan CPO dari 1,92 juta ton pada Juli 2022 menjadi 2,97 juta ton pada Agustus 2022.
"Lonjakan ekspor yang terjadi pada bulan Agustus dikarenakan pemerintah memberikan relaksasi berupa zero levy yang diperpanjang sampai Oktober 2022, dan rencananya pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, akan memperpanjang sampai akhir tahun," ujar Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, melalui keterangan tertulis, Selasa (11/10).