Pengusaha Waspada Hadapi Ancaman Resesi, Pasar Ekspor Akan Menyempit

ANTARA FOTO/Didik Suhartono/tom.
Suasana aktivitas bongkar muat kontainer di PT Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/10/2022).
3/11/2022, 12.28 WIB

Pelaku usaha menyatakan akan berhatihati dalam menghadapi ancaman resesi 2023. Pasar ekspor diperkirakan akan menyempit karena permintaan di sejumlah negara menjadi lesu.

Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri, Shinta Kamdani mengatakan bahwa ketidapkastian akan meningkat pada 2023. Berbagai lembaga telah memproyeksikan ekonomi dunia melambat dan sejumlah negara jatuh ke jurang resesi.

"Pelaku usaha harus optimistis, tapi harus berhat-hati," ujar Shinta kepada Katadata.co.id di Jakarta, Rabu (2/11). 

Shinta mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lainnya meskipun Bank Indonesia telah menaikkan suku bungan acuan sebesar 25 basis poin ke level 3,75%. Selain itu, inflasi di Indonesia masih terkendali. Hal ini menjadikan fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.

“Kami percaya bahwa pemerintah bisa terus mengontrol dan mengendalikan dari sisi inflasi maupun suka bunga,” ujarnya.

Namun demikian, pelaku usaha khawatir terhadap pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa waktu belakangan. Hal ini akan berpengaruh banyak terhadap bahan produk Indonesia yang 70% masih melakukan impor.

“Ditambah selama pandemi Covid-19 ini biaya logistik masih tinggi, yaitu masih 170% diatas dari pada sebelum pandemi. Jadi biaya-biaya bisnisnya ini semakin tinggi. Inilah yang menjadikan kekhawatiran untuk para pelaku usaha,” ujar Shinta.

Pasar ekspor menyempit

Shinta mengatakan, tantangan pelaku usaha akan semakin berat tahun depan karena ketidakastian usaha semakin meningkat.  Salah satu faktor penyebabnya adalah perang Rusia-Ukraina yang belum menunjukkan tanda berakhir.

Shinta menuturkan, bahwa ekspor Indonesia sebenarnya masih dalam kondisi baik. Namun demikian, pelaku usaha tengah mewaspadai permintaan ekspor yang berpotensi enurun akibat permintaan global melemah.

Permintaan yang melemah sudah terjadi di sejumlah sektor seperti tekstil dan sepatu. Permintaan ekspor kedua industri tersebut menurun 40%.

“Jadi kita tidak bisa menghindari adanya penurunan ini, karena pasti akan terjadi. Jadi Indonesia jangan sampai lepaslah, kita masih bisa dapatkan pasar eksportir,” ujarnya.

Dia mengatakan, pasar ekspor masih ada. Namun demikian, pasarnya akan lebih kompetitif karena pasarnya mengecil.

"Ini yang harus jadi perhatian. Kita melihat tahun depan perfect storm, banyak ketidakpastan.+," kata Shinta.

Namun demikian, Shinta optimistik ada peluang di setiap situasi ekonomi. "Apakah Indonesia terdampak resesi? pasti terdampak. Tinggal dilihat, Indonesia bisa memanfaatkan peluang gak? Apalagi kita sumber daya alamnya masih sangat besar," ujarnya.

Reporter: Nadya Zahira