KPPU: Kelangkaan Minyakita Janggal, Terjadi Saat Industri Sawit Stabil

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.
Petugas melakukan persiapan untuk pengiriman minyak goreng Minyakita yang telah dikemas dalam kontainer ke Indonesia bagian timur, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (11/8/2022). Pemerintah mulai mengirimkan 1,3 juta liter minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000 per kilogram ke wilayah timur Indonesia guna menstabilkan harga khususnya di wilayah NTT, Maluku dan Papua.
30/1/2023, 17.49 WIB

Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU mengusut penyebab dari adanya kelangkaan minyak goreng bersubsidi Minyakita. Pasalnya, kelangkaan stok janggal karena terjadi saat kondisi industri sawit stabil.

Minyakita saat ini tengah langka di pasar dan dijual di atas Rp 16.000 per liter. Padahal Harga Eceran Tertinggi atau HET minyak goreng curah atau bersubsidi adalah Rp 14.000 per liter.

Direktur Ekonomi KPPU Mulyawan Ranamanggala mengatakan, kelangkaan stok Minyakita ini janggal karena KPPU tidak menemukan adanya kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil/CPO yang cukup signifikan. Selain itu, saat ini tidak ada indikasi gagal panen Tandan Buah Segar atau TBS. 

"Tapi ini kondisinya agak berbeda, ada kejanggalan. Kami tidak melihat kenaikan harga CPO yang cukup signifikan, juga tidak ada indikasi adanya kegagalan panen TBS. Kami tidak mendapatkan informasi tersebut. Maka kami akan mengkroscek kembali," ujar Mulayawan dalam acara Konferensi Pers terkait Kelangkaan Minyak Curah dan Minyakita, di Kantor KPPU, Senin (30/1).

Dia mengatakan, KPPU belum mengetahui alasan mengapa tiba-tiba beberapa produsen mengurangi produksi kemasan minyak goreng sederhananya. Dengan begitu, KPPU akan usut permasalahan tersebut dengan meminta data produksi dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

"Ini akan kami usut, tapi kami harus dapatkan datanya dulu dari Kemendag dan Kemenperin untuk mendapatkan berapa total produksi dari minyak curah dan Minyakita," ujarnya.

Minyakita Langka dan Mahal

Sementara itu, Ketua Bidang Penguatan Usaha dan Investasi DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Ahmad Choirul Furqon mengatakan, saat ini minyak goreng subsidi merek Minyakita mulai sulit ditemukan. Bila pun mendapatinya, harga Minyakita sudah jauh di atas HET.

"Minyak goreng subsidi di lapangan sudah langka. Kalaupun ada itupun harganya sudah tidak sesuai HET, bahkan jauh dari batas HET, " kata Ahmad Choirul Furqon dalam keterangan tertulis, Senin (30/1).

Berdasarkan catatan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau Ikappi, harga Minyakita di sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mencapai Rp 16 ribu per liter.

Furqon menilai kondisi ini mengkhawatirkan karena terjadi  dua bulan menjelang Bulan Ramadan. Biasanya, konsumsi masyarakat ketika itu meningkat.

Menurut data United States Department of Agriculture (USDA), minyak sawit Indonesia lebih banyak digunakan untuk kebutuhan industri ketimbang untuk dijadikan produk makanan. Berikut perbandingannya seperti tertera dalam grafik.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima redaksi Katadata, Indonesia mengekspor minyak sawit seberat 25,01 juta ton sepanjang 2022. Angka tersebut turun 2,4% dibanding 2021, yang total volume ekspornya mencapai 25,62 juta ton.

Negara yang paling banyak membeli minyak sawit Indonesia pada 2022 adalah India, dengan volume 4,99 juta ton. Berikutnya ada Tiongkok, Pakistan, Amerika Serikat, Bangladesh, Malaysia, Vietnam, Mesir, Spanyol, dan Rusia dengan rincian volume seperti terlihat pada grafik.

Reporter: Nadya Zahira