Peneliti Tiongkok: Virus Corona Bermutasi, Bisa Bertahan 49 Hari

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Ilustrasi, penumpang memakai masker dan kantong plastik berjalan di luar stasiun kereta Shanghai di Shanghai, Tiongkok, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus corona baru, Minggu (9/2/2020).
Penulis: Desy Setyowati
2/4/2020, 10.48 WIB

Para peneliti khawatir, kendati sudah negatif corona, dia masih bisa menularkan virus tersebut. (Baca: Negara di Eropa Kembalikan Ribuan Alat Kesehatan Corona dari Tiongkok)

Selain itu, sebelumnya rerata pasien baru bisa sembuh dari Covid-19 dalam 20 hari. Kasus terpanjang hingga 37 hari. Biasanya, semakin lama durasinya berarti semakin parah kasusnya.

Peneliti juga menemukan pasien dengan demam rendah dan tidak memiliki batuk, sesak napas atau gejala Covid-19 khas lainnya. Hasil pemindaian computed axial tomography (CAT) pasien menunjukkan lesi infeksi pada paru-paru, namun menghilang beberapa hari setelah ia dirawat di rumah sakit. Suhu tubuhnya juga kembali normal.

Namun, berdasarkan tes asam nukleat, pasien itu tetap positif Covid-19 dengan viral load yang tinggi atau mirip dengan kasus kritis. (Baca: Positif Corona Global 856.356 Kasus, Tiongkok dan Jepang Tak Bertambah)

Lalu, ada seorang wanita lanjut usia positif Covid-19 dan menunjukkan gejala sedang. Kendati risikonya tinggi, ia pulih lebih cepat dan prognosis yang lebih baik daripada rata-rata orang lain seusianya.

Para peneliti percaya, fakta tersebut mengindikasikan subtipe virus baru yang ringan, dengan toksisitas lebih rendah, dan penularan yang lebih lemah. Akan tetapi, virus corona yang bermutasi ini lebih sulit untuk dihilangkan.

(Baca: Data Ekonomi Tiongkok Membaik Pasca Corona, Rupiah Menguat Lagi)

Halaman: