AS Cabut Tuduhan Manipulator Mata Uang dari Tiongkok

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. AS mengeluarkan tuduhan Tiongkok memanipulasi mata uangnya pada Agustus 2019 saat puncak ketegangan perang dagang.
Penulis: Agustiyanti
14/1/2020, 12.59 WIB

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada Fox Business bahwa terjemahan dari perjanjian perdagangan AS-China hampir selesai dan teks dari kesepakatan itu akan dipublikasikan pada Rabu (15/1) sebelum penandatanganan.

Laporan mata uang mengatakan yuan Tiongkok yang juga dikenal sebagai renminbi, telah terdepresiasi sejauh 7,18 per dolar AS pada awal September, tetapi telah pulih pada Oktober dan saat ini diperdagangkan pada sekitar 6,93 per dolar.

"Dalam konteks ini, Departemen Keuangan telah menetapkan bahwa Tiongkok seharusnya tidak lagi ditunjuk sebagai manipulator mata uang saat ini," kata laporan itu.

(Baca: Tiongkok Pastikan Teken Kesepakatan Dagang Tahap I Pekan Depan)

Namun, menurut laporan tersebut, Tiongkon harus mengambil langkah tegas untuk menghindari mata uang yang terus-menerus lemah dan memungkinkan keterbukaan pasar yang lebih besar untuk memperkuat prospek pertumbuhan jangka panjangnya. Sejauh ini, tidak ada reaksi langsung dari Beijing.

Pada Agustus, Bank Sentral Tiongkok menyangkal telah melakukan intervensi untuk melemahkan yuan dan mengatakan tuduhan Washington bahwa Tiongkok memanipulasi mata uang secara serius merusak peraturan internasional.

Laporan Departemen Keuangan menyebutkan kekhawatiran yang berlanjut tentang praktik mata uang dari sejumlah negara, yakni Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Vietnam, dan Swiss.

Halaman: