Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terus memanas beberapa waktu terakhir. Keduanya bakal bertemu pada 15 Agustus mendatang untuk meninjau implementasi perjanjian perdagangan fase pertama.
Pertemuan itu kabarnya bakal dihadiri perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He, selaku negosiator utama kedua negara. Ini akan menjadi evaluasi pertama setelah pakta tersebut berlaku pada 15 Februari 2020.
Rencana pertemuan itupun pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal. Namun, Kantor Perwakilan Dagang AS dan Departemen Keuangan Gedung Putih enggan berkomentar.
Berdasarkan kesepakatan perdagangan fase pertama yang diteken pada Januari 2020, Tiongkok mengungkapkan komitmennya untuk meningkatkan pembelian komoditas AS senilai US$ 200 miliar. Produk tersebut antara lain mencakup komoditas pertanian, manufaktur, energi, dan jasa.
Namun tak lama setelah kesepakatan, pandemi corona merebak di Tiongkok dan dampak resesi global turut memukul negara itu.
Alhasil, Negeri Panda kesulitan memenuhi target pembelian tahun pertamanya sebesar US$ 77 miliar. Komitmen impor komoditas pertanian dari AS bahkan 50% lebih rendah dari yang ditargetkan tahun ini sebesar US$ 36,5 miliar.
Beijing pun hanya membeli 5% dari produk energi tahap pertama tahun ini sebesar US$ 25,3 miliar.
Sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan para pejabat Tiongkok berharap ada pembahasan lain di luar implementasi kesepakatan dagang fase pertama.
“Ini adalah tinjauan semi-tahunan normal dan juga datang pada saat hubungan terus memburuk. Tentu ada banyak hal yang perlu dibicarakan, ” kata sumber tersebut seperti dikutip dari Reuters, Rabu (5/8).
Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai, mengatakan selalu ada wacana dalam pertemuan tingkat tinggi enam bulanan penerapan pakta tersebut. Tetapi kedua pihak harus tetap terhubung untuk membahas lebih lanjut kesepakatan perdagangan tersebut.
"Jika mereka melakukan pertemuan seperti itu, saya kira itu akan sangat positif," kata Cui pada acara virtual yang disponsori oleh Forum Keamanan Aspen.
Trump sebelumnya mengancam akan mengakhiri kesepakatan dagang terkait respons Tiongkok atas penanganan wabah corona yang berpusat di kota Wuhan. Ketegangan kemudian meningkat ke sengketa Undang-undang keaman Hong Kong.
Terbaru, hubungan kedua negara kembali memanas setelah Trump melontarkan ancaman melarang penggunaan aplikasi video TikTok di AS, terkecuali bila aplikasi ini bersedia dijual kepada perusahaan Paman Sam.
Pejabat Gedung Putih mengatakan bagaimana Trump menginginkan Departemen Keuangan AS harus mendapatkan porsi signifikan dari hasil penjualan. Adapun rencana pembelian aplikasi tersebut menurut beberapa sumber sedang dijajaki raksasa teknologi Microsoft.