Facebook Bekukan Akun Donald Trump Hingga Pelantikan Joe Biden

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/WSJ/cf
Berbagai platform media sosial seperti Facebook, Twitter, YouTube, hingga Snapchat membekukan akun milik Presiden AS Donald Trump pasca kerusuhan di Washington pada Rabu (6/1).
Penulis: Happy Fajrian
8/1/2021, 11.29 WIB

Facebook membekukan akun media sosial milik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hingga pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS yang baru pada 20 Januari 2021.

Pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan bahwa membiarkan Trump menggunakan akunnya terlalu berisiko setelah aktivitas online Presiden AS ke-45 tersebut memicu kerusuhan di Gedung Capitol saat senat dan DPR (House of Representatives) akan mengesahkan kemenangan Biden.

“Akun Donald Trump akan dibekukan paling tidak selama dua minggu kedepan, dan mungkin untuk seterusnya,” ujar Zuckerberg seperti dikutip Associated Press (AP), Jumat (8/1).

Dia menyebutkan bahwa perkembangan selama 24 jam terakhir menunjukkan bahwa Trump berniat menggunakan sisa waktunya di Gedung Putih untuk merusak transisi kekuasaan yang damai dan sah kepada penggantinya, Joe Biden.

Trump telah berulang kali memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan kebohongan tentang integritas pemilu dan bagaimana hasil pemilu telah dirampas darinya. Facebook telah melabeli hingga menghapus sejumlah postingan Trump, namun tetap tak lepas dari kritik yang menuding platform media sosial tersebut telah melakukan pembiaran penyebaran informasi yang salah dan berbahaya.

Zuckerberg mengatakan bahwa pendekatan yang lebih agresif dibutuhkan setelah Trump menggunakan platform media sosial ini untuk memicu pemberontakan dan kekerasan terhadap pemerintah yang dipilih secara demokratis.

Twitter, yang juga dimiliki Facebook, sebelumnya membekukan akun Trump selama 12 jam, namun kini juga mempertimbangkan untuk mengikuti langkah induknya membungkam Trump di jagat maya, hingga pelantikan Biden-Harris pada 20 Januari mendatang.

Sementara YouTube, juga milik Facebook, akan menerapkan kebijakan yang lebih menyeluruh untuk menghapus video-video yang menyebarkan hoaks terkait hasil pilpres AS, dengan ancaman pembekuan akun bagi mereka yang terus mengulangi pelanggaran tersebut.

Berbagai platform media sosial lainnya juga melakukan langkah yang serupa. Snapchat pada Rabu telah membekukan akun milik Trump secara permanen.

Twitch, akun live-streaming milik Amazon yang selama ini digunakan Trump untuk menyiarkan pidato-pidatonya, menyatakan akan membekukan akun Trump hingga dia meninggalkan Gedung Putih. Twitch tidak ingin platformnya digunakan untuk memicu kekerasan lebih lanjut.

Penguncian Twitter Berakhir, Trump Akui Kekalahan dari Biden

Namun Trump akan merasakan efek pembungkaman media sosial terbesar dari Twitter. Hingga Kamis pagi Trump masih mengklaim suara pemilu telah dicuri darinya. Penguncian akun Twitter milik Trump berakhir Kamis (7/1) malam atau Jumat pagi waktu Indonesia.

Ketika akses terhadap akunnya sudah kembali dibuka, Trump langsung memposting video yang mengutuk kericuhan yang disebabkan oleh pendukungnya, serta mengakui kekalahannya dari Joe Biden.

Databoks berikut menunjukkan bagaimana persaingan kandidat presiden dari partai Republik dan partai Demokrat di pilpres AS:

Dia mengatakan bahwa perusuh telah mencemari kursi demokrasi AS, dan sekarang fokusnya akan beralih untuk memastikan transisi kekuasaan kepada Biden dapat berlangsung dengan lancar.

"Sekarang, Kongres telah mensertifikasi hasil. Pemerintahan baru akan dilantik pada 20 Januari. Fokus saya sekarang beralih ke memastikan transisi kekuasaan yang mulus, tertib, dan tanpa hambatan," kata Trump dalam pernyataan video melalui akun @realDonaldTrump.

Twitter selama ini dibanjiri kritik dari para penggunanya yang menyalahkan platform tersebut karena telah menciptakan lingkungan online yang memicu aksi kekerasan di Washington kemarin.

"Hari ini adalah hasil dari memungkinkan orang-orang yang memiliki kebencian di dalam hati mereka untuk menggunakan platform yang seharusnya digunakan untuk menyatukan orang," tulis penyanyi dan aktris Selena Gomez di Twitter kepada 64 juta pengikutnya.

“Anda semua telah mengecewakan rakyat Amerika hari ini, dan saya harap Anda akan memperbaiki keadaan ke depan,” cuit Selena.