COP26: 100 Pemimpin Dunia Termasuk RI Janji Akhiri Deforestasi 2030

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.
Panorama tutupan hutan Gunung Kerinci (3805 mdpl) yang sebagian kawasannya telah beralih fungsi menjadi perkebunan terlihat dari Kayu Aro, Kerinci, Jambi, Sabtu (1/8/2020).
Penulis: Happy Fajrian
2/11/2021, 10.54 WIB

Lebih dari 100 pemimpin negara-negara di dunia berkomitmen untuk menghentikan deforestasi dan degradasi lahan, serta memulihkan kawasan hutan pada akhir 2030. Sekitar US$ 19 miliar atau sekitar Rp 270 triliun akan diinvestasikan untuk pelindungan dan pemulihan kawasan hutan.

Komitmen yang akan mencakup hutan seluas lebih dari 21 juta kilometer persegi ini dicetuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB COP26 di Glasgow, dan didukung oleh tiga negara pemilik 85% luas hutan dunia yakni Brasil, Indonesia, dan Congo.

“Kita akan memiliki kesempatan untuk mengakhiri sejarah panjang umat manusia sebagai penakluk alam, dan sebagai gantinya menjadi penjaganya. Kesempatan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (2/11).

Sejumlah inisiatif tambahan pemerintah dan swasta diluncurkan pada hari Selasa untuk membantu mencapai tujuan itu, termasuk miliaran janji untuk penjaga hutan adat dan pertanian berkelanjutan.

Hutan menyerap sekitar 30% emisi karbon dioksida dari atmosfer dan mencegah perubahan iklim. Namun penyangga iklim alami ini mengalami deforestasi yang sangat pesat. Menurut data Global Forest Watch, pada 2020 luas lahan hutan yang hilang di seluruh dunia mencapai 258.000 km persegi, lebih luas dari negara Inggris.

Kesepakatan ini memperluas komitmen serupa yang dibuat oleh 40 negara sebagai bagian dari Deklarasi Hutan New York 2014 dan dan memperdalam penghimpunan sumber daya sumber daya untuk mencapai tujuan itu.

Berdasarkan perjanjian tersebut, 12 negara termasuk Inggris telah berjanji untuk menyediakan 8,75 miliar pound dana publik antara tahun 2021 dan 2025 untuk membantu negara-negara berkembang, termasuk dalam upaya untuk memulihkan lahan yang terdegradasi dan mengatasi kebakaran hutan.

Setidaknya 5,3 miliar pound lebih lanjut akan disediakan oleh lebih dari 30 investor sektor swasta termasuk Aviva, Schroders, dan AXA. Para investor, yang mewakili US$ 8,7 triliun aset yang dikelola, juga berjanji untuk setop berinvestasi pada kegiatan yang terkait dengan deforestasi mulai 2025.

Lima negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, dan sekelompok badan amal global pada hari Selasa juga berjanji untuk menyediakan pembiayaan US$ 1,7 miliar untuk mendukung konservasi hutan masyarakat adat dan untuk memperkuat hak-hak tanah mereka.

Para pemerhati lingkungan mengatakan bahwa masyarakat adat adalah pelindung terbaik hutan, sering kali melawan perambahan dengan kekerasan dari penebang dan perampas tanah.

Lebih dari 30 lembaga keuangan dengan aset yang dikelola lebih dari US$ 8,7 triliun juga mengatakan mereka akan melakukan upaya terbaik untuk menghentikan deforestasi yang terkait dengan produksi ternak, minyak sawit, kedelai, dan pulp pada 2025.

COP26 bertujuan untuk mempertahankan target pembatasan pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Para ilmuwan mengatakan hutan dan apa yang disebut solusi berbasis alam akan sangat penting untuk mencapai tujuan itu.

Menurut data Biomass Carbon Monitor, hutan telah menghilangkan sekitar 760 juta ton karbon setiap tahun sejak 2011, mengimbangi sekitar 8% emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil dan semen.

“Biosfer kita benar-benar membantu menyelamatkan kita untuk saat ini, tetapi tidak ada jaminan proses itu akan berlanjut," kata Oliver Phillips, ahli ekologi di University of Leeds di Inggris.