150.000 Orang Tinggalkan Ukraina, Bisa Bertambah Menjadi 5 Juta

ANTARA FOTO/REUTERS/Kuba Stezycki/aww/cf
Warga tiba di penyebrangan perbatasan antara Polandia dan Ukraina, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar terhadap Ukraina, di Medyka, Polandia, Sabtu (26/2/2022).
Penulis: Desy Setyowati
27/2/2022, 15.29 WIB

Lebih dari 150 ribu orang meninggalkan Ukraina ke Polandia dan negara-negara tetangga lainnya setelah invasi Rusia. Sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.

Hal itu karena laki-laki berusia 18 dan 60 tahun dilarang meninggalkan Ukraina untuk mengangkat senjata dan berperang.

“Sebagian besar dari mereka yang pergi menuju Polandia dan Moldova,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi dikutip dari Aljazeera, Sabtu (26/2).

Pihak berwenang di Polandia, Slovakia, Hongaria, Rumania, dan Moldova dimobilisasi untuk menerima warga Ukraina. Mereka juga menyediakan tempat tinggal, makanan, dan bantuan hukum.

Polandia, yang sudah menjadi rumah bagi sekitar 1,5 juta orang Ukraina sebelum invasi Rusia, menyatakan dukungan teguh untuk negara tersebut. Irlandia juga mengumumkan segera mencabut persyaratan visa untuk Ukraina pada Jumat (25/2).

PBB memperkirakan, jumlah orang yang mencari perlindungan di luar Ukraina bisa bertambah menjadi lima juta. Sebab, negara ini memiliki populasi sekitar 44 juta atau ketujuh terbesar di Eropa.

Beberapa negara Eropa pun mempersiapkan masuknya pengungsi Ukraina dan telah menawarkan bantuan kemanusiaan. Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang memberikan bantuan darurat, tetapi mengisyaratkan bahwa Eropa harus menjadi tujuan utama warga Ukraina.

Warga Ukraina dapat melakukan perjalanan ke sekitar 140 negara dan wilayah tanpa atau dengan visa pada saat kedatangan.

Di Ukraina, penerbangan sipil ditutup pada Kamis (24/2) dengan alasan risiko tinggi terhadap keselamatan. Rusia juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan sipil di perbatasan barat dengan Ukraina dan Belarusia.

Beberapa maskapai telah membatalkan penerbangan ke Kiev, Ukraina. Uni Eropa mengatakan akan membatasi ekspor suku cadang pesawat ke Rusia.

Mantan duta besar Indonesia untuk Cina Sugeng Raharjo menilai, pemerintah Indonesia perlu menugaskan beberapa kedutaan besar untuk membantu upaya KBRI Kiev mengevakuasi lebih dari 150 warga negara Indonesia (WNI) dari Ukraina.

Kedutaan besar yang dimaksud yakni di Polandia, Rumania, dan Rusia. “KBRI Indonesia di Moskow perlu meminta jaminan pemerintah Rusia untuk keselamatan WNI yang akan keluar dari Ukraina," kata Sugeng kepada Antara, Minggu (27/2).

Kementerian Luar Negeri pun perlu menugaskan KBRI di Kiev untuk menampung seluruh WNI untuk kemudian mengevakuasi mereka keluar dari negara tersebut. Oleh karena itu, KBRI Kiev harus menyediakan kendaraan yang akan membawa WNI dengan pengawalan diplomat hingga sampai ke Polandia dan Rumania yang berbatasan langsung dengan Ukraina.

KBRI Polandia dan KBRI Rumania harus menyelesaikan pelintasan WNI dari Ukraina ke Polandia dan Rumania tanpa kesulitan.

"Selanjutnya, mereka juga menyediakan tempat untuk WNI selama di Polandia dan Rumania sebelum melanjutkan perjalanan ke Indonesia," kata Sugeng.

Sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, WNI akan dievakuasi ke Polandia maupun Rumania dengan melihat perkembangan situasi di lapangan.

"Sudah ada 82 WNI yang berkumpul di KBRI Kiev sebagai titik lokasi untuk evakuasi. WNI yang ada maupun yang masih berada di luar kantor KBRI di Kiev dalam kondisi aman dan sehat," ujarnya.

Bagi WNI yang berada di luar KBRI Kiev, kementerian sudah menyiapkan tim untuk segera menjemput mereka supaya dapat segera bergabung dengan rombongan.

Data per Sabtu (26/2), ada 153 orang WNI yang tinggal di sejumlah kota di Ukraina, termasuk Kiev (82 orang), Odesa (25), Chernihiv (9), Kharkiv (4), dan Lviv (3). "Kami melakukan penjemputan WNI yang ada di Odesa, Chernihiv, Kharkiv, dan Lviv," katanya.

Empat WNI di Kharkiv dan sembilan WNI di Chernihiv diminta untuk tinggal bersama majikan masing-masing mengingat situasi saat ini. Kota ini sudah menjadi medan pertempuran.

"Awalnya kami ingin melakukan penjemputan. Namun karena situasi tidak memungkinkan, kami meminta mereka untuk tetap tinggal sementara di bungker yang sudah disiapkan sembari menunggu tim penjemputan," katanya.