Bank Sentral Eropa (ECB) menunda rencana kenaikan suku bunga pada Kamis (9/6) waktu setempat. Meski demikian, ECB memastikan kenaikan bunga akan dilakukan pada bulan depan sebagai upaya untuk mengatasi inflasi yang melonjak.
ECB mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin pada Juli, kenaikan suku bunga pertama dalam lebih dari satu dekade. Mereka juga mengatakan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih besar dapat mengikuti pada September jika prospek inflasi jangka menengah bertahan atau memburuk.
"Inflasi tinggi, di atas target kemungkinan akan bertahan untuk beberapa waktu," kata Presiden ECB Christine Lagarde pada konferensi pers, seperti dikutip dari CNBC.
ECB menaikkan perkiraan inflasi tahunan di zona euro "secara signifikan" menjadi 6,8% tahun ini dan memperkirakan inflasi akan tetap di atas target 2% pada 2024. ECB juga memangkas perkiraan pertumbuhannya. PDB untuk 19 negara yang menggunakan mata uang euro ini kini diproyeksikan hanya tumbuh 2,8% pada 2022 dan hanya 2,1% tahun depan.
Inflasi zona euro mencapai tertinggi sepanjang masa sebesar 8,1% bulan lalu. Perang di Ukraina telah memicu inflasi global dan memberikan tekanan pada Uni Eropa untuk menemukan alternatif minyak dan gas Rusia, yang sangat bergantung padanya. Eropa telah setuju untuk mengurangi ekspornya, memperkenalkan embargo bertahap pada minyak dan batu bara , dan kini berjuang untuk mendapatkan pasokan energi alternatif pada saat harga bahan bakar fosil melonjak.
Lagarde mengatakan bahwa harga energi hampir 40% lebih tinggi dibandingkan Mei 2021 dan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. "Jika perang meningkat, sentimen ekonomi bisa memburuk karena kendala sisi pasokan bisa meningkat, biaya energi dan makanan bisa tetap lebih tinggi dari yang diharapkan," katanya.
ECB lebih lambat bergerak untuk mengatasi inflasi daripada rekan-rekannya di Inggris dan Amerika Serikat yang telah menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir. Tugasnya lebih rumit karena Eropa lebih langsung terkena dampak ekonomi dari perang di Ukraina.
"Bank sentral sedang mencoba untuk mencapai keseimbangan yang rapuh antara menaikkan suku bunga untuk menahan kenaikan harga, tetapi tidak terlalu banyak sehingga mengarahkan kawasan itu ke dalam resesi," kata
Bill Papadakis, ahli strategi makro di Bank Lombard Odier, mengatakan kepada CNN Business.
Menurut dia, keputusan ECB untuk menaikkan suku bunga dan menyelesaikan program pembelian obligasi mulai 1 Juli adalah langkah yang tepat. Namun, Papadakis menilai, prospek kenaikan yang lebih besar pada bulan September bisa menjadi kesalahan.
"Energi yang lebih mahal memakan pendapatan riil konsumen, merusak pertumbuhan, yang kemungkinan akan menderita jika ECB melanjutkan kebijakan moneter yang lebih ketat secara agresif," katanya.
Ada beberapa alasan untuk optimis. Tingkat pekerjaan yang tinggi dan pembukaan kembali sektor-sektor yang ditutup selama pandemi adalah di antara faktor-faktor yang mendukung konsumsi. "Kondisi sudah ada agar ekonomi terus tumbuh dan pulih lebih jauh dalam jangka menengah," katanya.