Tak Jual Solar Bersubsidi, AKR Corporindo Berbisnis Hingga Berseni

AKR
Ilustrasi. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik BP dan AKR Corporindo. Sejak Mei lalu AKR menghentikan penjualan solar bersubsidi. Perusahaan menilai harga jual produk itu tidak lagi menguntungkan.
Penulis: Sorta Tobing
23/8/2019, 18.30 WIB

Soegiarto mendaftarkan perusahaannya dengan nama PT Aneka Kimia Raya pada 28 November 1977. Delapan tahun kemudian ia memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta.

Mengutip dari situs resmi AKR, pada 1994 perusahaan mencatatkan sahamnya perdana di Bursa Efek Indonesia. AKR memanfaatkan dana yang terkumpul dari public itu untuk membangun terminal penyimpanan baru.

(Baca: BP Kembali Gandeng AKR Bangun SPBU di Surabaya)

Masuk ke abad 21, AKR memperluas area bisnisnya ke distribusi produk bahan bakar minyak (BBM). Ada tiga fokus usahanya, yaitu energi, logistik, dan manufaktur. Nama perusahaan kemudian berubah dari PT Aneka Kimia Raya Tbk menjadi seperti sekarang.

Pada 2005, AKR menjadi perusahaan swasta nasional pertama yang mendistribusikan bahan bakar nonsubsidi yang biasanya dikuasai Pertamina. Lalu, lima tahun kemudian BPH Migas menunjuknya untuk mendistribusikan BBM bersubsidi.

AKR saat ini memiliki tangki penyimpanan dan terminal di 10 pelabuhan laut utama dan sungai di seluruh Indonesia. Selain itu ada juga armada tongkang minyak dan truk-truk bahan kimia yang memasok lebih dari dua ribu perusahaan.

Di 2017, AKR ditunjuk untuk mendistribusikan solar bersubsidi untuk kendaraan bermotor dan perikananan. Target konsumennya berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Perusahaan memiliki anak usaha, yaitu PT AKR Sea Transport Indonesia, yang beroperasi untuk mendistribusikan bahan bakar di laut. Ada pula PT AKR Transportasi Indonesia yang mengoperasikan lebih dari 400 truk untuk transportasi darat.

AKR sedang mengembangkan kawasan industri dan pelabuhan terpadu Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Proyek ini dikembangkan melalui anak usahanya, PT Era Usaha Pratama Nusantara, bekerja sama dengan PT Berlian Jasa Termina Indonesia (anak usaha PT Pelindo III).

(Baca: Anak Usaha AKR Mulai Bangun Tangki BBM Tambahan di Tanjung Priok)

Soegiarto telah menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, Haryanto Adikoesoemo. Tak cuma dikenal sebagai pengusaha, Haryanto juga kondang sebagai kolektor barang seni bernilai tinggi.

Koleksinya mencapai lebih dari 800 item, termasuk karya dari seniman pop Andy Warhol sampai Banksy. Ia juga memiliki lukisan karya maestro Tanah Air, yaitu Raden Saleh, S Sudjojono, Affandi, dan Lee Man Fong.

Musem MACAN di Wisma AKR, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, merupakan buah pikirannya. Ia ingin menghadirkan ruang publik bagi pencinta seni modern dan kontemporer. Haryanto menunjuk anaknya, Fenessa Adikoesoemo, sebagai Chairwoman Yayasan Museum Macan.

Pada November 2017 museum ini mulai dibuka. Sebagai pameran perdana, sebanyak 90 koleksi berharga Haryanto terpajang di museum yang berada di Wisma AKR tersebut. Tahun lalu, Museum MACAN sempat hype karena berhasil menghadirkan karya seniman kontemporer Jepang, Yayoi Kusama.

Halaman: