SKK Migas: Pertamina dan Chevron Belum Sepakati Transisi Blok Rokan

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, logo Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berharap Pertamina dan Chevron bisa segera melakukan transisi Blok Rokan.
30/7/2019, 14.18 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan belum ada kesepakatan antara Pertamina dan Chevron Pacific Indonesia terkait transisi Blok Rokan. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut kedua perusahaan masih mencari opsi terbaik untuk transisi di blok minyak tersebut.

Ada tiga opsi transisi yang pernah dibahas Pertamina bersama Chevron dan SKK Migas, yakni operasi bersama, memaksimalkan area di sekitar Blok Rokan yang belum dikelola dan dikembangkan lebih lanjut, serta perencanaan bersama rencana kerja Blok Rokan. "Mereka masih bicarakan. Setiap opsi ada hitung-hitungannya," kata Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (29/7).

(Baca: Pertamina akan Integrasikan Blok Corridor - Blok Rokan - Kilang Dumai)

Ia berharap kedua perusahaan segera menyepakati opsi yang akan digunakan. Opsi tersebut diharapkan bisa menahan penurunan produksi secara alamiah (decline) di blok tersebut saat masa transisi ataupun ketika Pertamina resmi mengambil alih pengelolaan pada 2021. 

Sementara opsi transisi masih dibahas, Pertamina mempersiapkan pergantian pipa minyak Blok Rokan. Pertamina sudah menunjuk PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengerjakan proyek tersebut.

Pergantian pipa sudah masuk tahap Front End Engineering Design (FEED). Pertamina berharap konstruksi bisa dilakukan pada akhir 2019 sehingga selesai pada 2021.

(Baca: Kementerian ESDM: Keputusan Blok Corridor Tak Langgar Hukum)

Blok Rokan merupakan blok minyak dengan produksi kedua terbesar di Indonesia. Blok seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dimana tiga lapangan di antaranya berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Lapangan Duri, Minas dan Bekasap.

Sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak. Biarpun begitu, produksi Blok Rokan terus mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2017, lifting minyak Blok Rokan bisa mencapai 224.300 barel per hari (bopd).  Namun lifting minyak Blok Rokan pada 2018 turun menjadi 209.552 bopd dan pada semester I 2019 hanya mencapai 190.654 bopd. 

 

Pemerintah telah meminta Pertamina untuk melanjutkan penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) demi mempertahankan produksi Blok Rokan ke depan. Teknologi EOR digadang-gadang bisa mendongkrak produksi minyak.

Chevron telah melakukan uji coba teknologi EOR dengan menginjeksi bahan kimia ke sumur minyak di Lapangan Minas. Hasilnya, terdapat potensi produksi minyak hingga 100 ribu barel per hari. Dengan asumsi tersebut, produksi minyak Blok Rokan seharusnya bisa meningkat dan mencapai 500 ribu barel per hari pada 2024 sesuai dengan proposal Pertamina kepada pemerintah.