Jokowi Minta BMKG Tegas Peringatkan Pemda soal Risiko Bencana Alam

Antara Foto/Rivan Awal Lingga
Petugas BMKG tengah menunjukan area sebaran badai siklon tropis di Laboratorium BMKGs, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
23/7/2019, 13.22 WIB

Kemudian, inovasi teknologi BMKG juga harus optimal. Sehingga, penggunaan peralatan antisipasi bencana alam harus lebih terkontrol. Begitu pula koordinasi dengan aparat keamanan dalam menjaga alat pemantau bencana harus dilakukan.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan ketidakpastian dan kompleksitas dinamika bumi jadi tantangan. Sehingga, butuh inovasi berbasis big data analytics serta artificial intelligence untuk antisipasi secara langsung.

"Fenomena cuaca, iklim, dan gempa yang kompleks berdampak kepada masyarakat menuntut kestersediaan informasi yang cepat, tepat, akurat, mudah dipahami, berkelanjutan, dan jangkauan luas," kata Dwikorita.

(Baca: BMKG Imbau Mitigasi Potensi Gempa dan Tsunami Selatan Jawa)

Salah satu penyebabnya, kata Dwikorita, tren peningkatan suhu udara sebesar 0,5 derajat celcius hingga tahun 2030. Kemudian, kekeringan akan meningkat sebesar 20% daripada kondisi sekarang.

Dia mencontohkan, daerah yang terdampak adalah Sumatera Selatan, sebagian besar Pulau Jawa, Pulau Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ada kencenderungan peningkatan curah hujan lebat hingga 40% saat musim hujan.

Halaman:
Reporter: Michael Reily