PT Pertamina (Persero) menganggarkan investasi sebesar US$ 2,6 miliar atau sebesar 60% dari total investasinya tahun ini sebesar US$ 4,2 miliar. Dari dana tersebut, Pertamina menganggarkan US$ 1,9 miliar atau setara Rp 27,4 triliun khusus untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan di 98 proyek hulu migas.
Adapun rincian 98 proyek hulu migas domestik tersebut yakni 29 proyek dilaksanakan oleh PT Pertamina Hulu Energi, dua proyek oleh PT Pertamina EP Cepu, satu proyek oleh PEPC ADK, 19 proyek oleh PT Pertamima Hulu Indonesia, 47 proyek dilaksanakan oleh PT Pertamina EP.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan proyek-proyek migas yang akan dikerjakan di 98 proyek hulu migas tersebut meliputi kegiatan untuk mempertahankan produksi seperti kegiatan pengeboran, konstruksi fasilitas produksi, pengembangan struktur temuan migas, serta pengembangan enhanced oil recovery (EOR). Proyek-proyek ini penting dalam mempertahankan pendapatan hulu migas Pertamina .
Sementara untuk kegiatan eksplorasi baru dilakukan melalui akses ke wilayah kerja eksplorasi baru dan investasi untuk melakukan survei seismik regional. "Satu hal yang perlu saya ulangi lagi. Ada eksplorasi eksisting dan eksplorasi baru. Kita eksplorasi baru," ujar Dharmawan saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jumat, (17/5).
(Baca: SKK Migas Tinjau Ulang Pengelolaan Blok Terminasi oleh Pertamina )
Hingga bulan April, Pertamina telah menyelesaikan pemboran 77 sumur di Indonesia yang terdiri dari 72 sumur eksploitasi dan 5 sumur eksplorasi di WK eksisting. Sepanjang tahun ini, Pertamina berencana menyelesaikan 311 sumur pengeboran eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia di mana sekitar 38% di antaranya berada di wilayah kerja Mahakam.
Sejauh ini Pertamina berupaya menahan laju penurunan alamiah produksi di Blok Mahakam dengan melakukan program work over dan well intervention serta predictive maintenance sehingga diharapkan dapat mengurangi potensi unplanned shutdown.
Dharmawan menjelaskan proyek pengembangan hulu migas yang dilakukan oleh Pertamina diharapkan mampu membantu penguatan produksi migas nasional. Pengembangan ini diperlukan karena sebagian besar wilayah kerja Migas di Indonesia sudah membutuhkan pendekatan yang lebih khusus karena lapangan-lapangan tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.
(Baca: Pertamina Sebut Produksi Blok Mahakam Turun Akibat Kendala Pengeboran)