Bantah Tudingan Prabowo, Kalla: RI Tidak dalam Fase Deindustrialisasi

Arief Kamaludin|Katadata
Penulis: Ekarina
15/4/2019, 18.53 WIB

Di samping itu, beberapa kinerja sektor manufaktur mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti, industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh 9,49 %, industri kulit dan alas kaki 9,42 %, serta industri logam dasar 8,99%.

Sementara jika ditilik dari performa manufaktur Indonesia berdasrkan prompt manufacturing index (PMI) periode kuartal I 2019 yang menyentuh di level 52,65 % yang meningkat dibanding kuartal IV tahun lalu 52,58 %, menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur sedang ekspansif.

(Baca: Bantah Deindustrialisasi, Kemenperin: Sumbangan PDB Manufaktur Tinggi)

Karena itu pemerintah terus mendorong hilirisasi industri agar memberi efek berantai yang luas terhadap perekonomian nasional. Misalnya, di kawasan industri Morowali melalui akvitas smelter nikel. Pada lima tahun lalu ekspor nikel ore hanya berkisar US$ 200 juta. Kini masukn industri stainless steel yang investasinya mencapai US$ 5 miliar. Dampaknya, ekspor tembus di atas US$ 5 miliar atau terjadi kenaikan 25 kali lipat.

Di sektor otomotif juga menunjukkan pendalaman struktur yang signifikan dan mampu menyerap tenaga kerja langsung hingga satu juta orang. “Bahkan saat ini, sudah ada empat pabrikan besar yangtelah menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai supply global," ujarnya.

Dalam waktu dekat, bahkan menurutnya akan ada beberapa prinsipal yang akan bergabung, sehingga menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur otomotif di kawasan Asia. (Baca: Industri 4.0 Akan Menambah PDB Indonesia hingga Rp 2.100 Triliun)

Halaman: