Menjelang masa akhir pendaftaran Pilpres 2019, muncul Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Munculnya Sandiaga, mengubah peta koalisi pengusung Prabowo.
Demokrat yang berharap Prabowo memilih Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Pemenangan Pemilu (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merespons negatif.
Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief menuduh Prabowo lebih memilih Sandiaga sebagai cawapres karena membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar.
(Baca juga: Sandiaga Jadi Bakal Cawapres, Koalisi Prabowo-SBY Terancam Kandas)
Andi pun menyebut, sebelum munculnya nama Sandiaga, Prabowo bertemu dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin (6/8)dan membahas soal janji perjuangan. Kekecewaan Andi kepada Prabowo ditunjukkan dengan sebutan sebagai jenderal kardus.
"Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," kata Andi melalui akun Twitternya @AndiArief_ pada Rabu (8/8) malam.
Prabowo sendiri sempat menyampaikan jika sosok AHY layak menjadi pendampingnya dalam Pilpres 2019. Sebab, AHY dianggap mampu berkomunikasi secara baik dengan generasi muda dan berpotensi menarik pemilih muda.
Namun, PKS dan PAN menolak AHY menjadi cawapres Prabowo. PKS sebagai partai yang pertama kali mengusung Prabowo terus mendorong nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad sebagai cawapres.
Kedua nama tersebut merupakan hasil rekomendasi forum Ijtimak Ulama yang digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama pada Sabtu (28/7).
Ada pun PAN berkukuh Ketua Umumnya, Zulkifli Hasan mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2019. Di sisi lain, PAN bersedia mengusung Somad sebagai cawapres alternatif.
Meski didukung PKS, PAN, dan GNPF Ulama, sayangnya Somad enggan terlibat dalam perhelatan Pilpres 2019. Nyaris menjelang akhir pendaftaran tak ada titik temu di ketiga parpol pendukung Prabowo.
Buntunya pembahasan cawapres, bahkan memunculkan kabar PAN hendak hengkang ke kubu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Komunikasi antara PAN dan PDIP sempat terjalin, namun upaya ini dihentikan Gerindra dengan menawarkan Sandiaga.
(Baca juga: PAN Munculkan Sandiaga Uno sebagai Cawapres Alternatif untuk Prabowo)
Gerilya Sandiaga
Usulan Sandiaga sebagai cawapres pendamping Prabowo muncul sejak satu pekan terakhir masa pendaftaran Pilpres. Wakil Ketua Umum Fadli Zon menyatakan usulan itu muncul dari luar Gerindra.
Namun, Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengatakan usulan Sandiaga muncul dari Prabowo. Dalam pertemuan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pada Selasa (7/8), Prabowo yang menawarkan Sandiaga sebagai cawapres alternatif, sebagai solusi atas 'deadlock' pembahasan cawapres di antara parpol koalisi.
Selain Sandiaga muncul juga nama yang sering beredar yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun, beberapa waktu lalu PKS sudah secara terang pernah menolak usulan bila Anies sebagai cawapres.
Usulan Sandiaga sebagai cawapres alternatif ini mendapat sambutan PAN. Petinggi PAN menyambut baik karena Sandiaga bukan merupakan perwakilan dari tiga parpol koalisi lainnya, baik PKS, Demokrat dan PAN.
"Rekomendasi PAN, Pak Prabowo tidak mengambil cawapres dari kader partai lain," kata Yandri.
Selain kepada PAN, lobi kepada pimpinan PKS berjalan dalam sepekan terakhir. Namun, rapat Majelis Syuro PKS hingga Selasa (7/8) tetap merekomendasikan dua cawapres hasil Ijtimak Ulama, yakni Salim dan Abdul Somad.
Usai rapat Majelis Syuro PKS, Sandiaga Uno pun tampak menemui para petinggi PKS. Sandiaga bersama Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufik menemui para petinggi PKS pada Selasa malam. Sandiaga dan Taufik dalam pertemuan tersebut menemui Presiden PKS Sohibul Iman dan Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal.
Prabowo juga menyambangi kediaman Ketua Majelis Syuro PKS Salim Assegaf di Pejaten Residence, Jakarta Selatan pada Rabu (8/8). Pertemuan tersebut terkesan berlangsung diam-diam dan tertutup.
Prabowo sebelumnya sempat dijadwalkan bertemu dengan Salim di Kantor DPP PKS, Jakarta pukul 11.00 WIB. Namun, agenda pertemuan kemudian berubah. Saat keluar dari kediaman Salim pukul 15.23 WIB, Prabowo juga langsung pergi tanpa menyapa wartawan yang telah menunggunya.
Berbeda dengan PAN, hingga kini PKS belum mengeluarkan pernyataan akan mendukung Sandiaga sebagai cawapres Prabowo. Namun beredar kabar, PKS pun menyetujui usulan ini.
(Baca juga: Sandiaga Urus Surat Tidak Pailit sebagai Syarat Ikut Pilpres 2019)
AHY vs Sandiaga
Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani menyatakan hingga Kamis pagi, partai koalisi menimbang dua cawapres yang mendampingi Prabowo, yakni AHY dan Sandiaga. Kedua nama tersebut masih terus dikonsultasikan bersama dengan partai-partai koalisi lainnya.
Untuk membahas ini, Prabowo dan SBY di Kuningan pada Kamis (9/8) pagi. Rencananya Prabowo akan memutuskan cawapres pendampingnya pada Kamis malam ini.
Fungsionaris DPP Partai Gerindra, Anggawira, yang menjabat sebagai Kordinator Sahabat Sandiaga Uno menyebut Sandi sebagai sosok yang bakal diterima partai koalisi sebagai pendamping Prabowo.
"Sandi akan mampu bawa ekonomi RI menjadi lebih baik. Ekonomi Indonesia kini sedang tidak baik di mana nilai tukar Rupiah merosot dan harga bahan-bahan pokok tinggi, Sandi hadir sebagai solusi," kata Anggawira dalam siaran pers Kamis (9/8).
Sandiaga memang merupakan pengusaha muda yang telah bersedia mengeluarkan dana besar untuk kegiatan politiknya. Pada saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Sandi yang berpasangan dengan Anies Baswedan mengeluarkan hampir seluruh biaya kegiatan kampanye politik. Sandi menyebut dia mengeluarkan sekitar Rp 108 miliar selama masa pilkada DKI Jakarta yang berlangsung dua putaran.
Kabar terakhir, Sandiaga telah mengurus mengajukan permohonan Surat Pernyataan Tidak Pailit ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Kamis siang. Surat tersebut merupakan salah satu syarat bagi calon yang akan mendaftar dalam Pilpres 2019.