Rapor 2016 Pemimpin Asia, Jokowi Mencetak Nilai Biru

Kris | Biro Pers Sekretariat Kepresidenan
Presiden Joko Widodo berpidato dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia 2016 di Jakarta, 22 November 2016.
Penulis: Pingit Aria
31/12/2016, 10.00 WIB

Begitu juga dukungan publik terhadap Jokowi yang mencapai 69 persen, dinilai cukup baik. Di tahun kedua pemerintahannya, Jokowi dianggap telah berhasil menghimpun dukungan lebih dari dua per tiga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dengan begitu, pemerintah bisa lebih mulus menjalankan program-program kebijakannya.

“Dia (Jokowi) bisa menggunakan dukungan ini untuk meloloskan regulasi yang cukup kontroversial  soal pengampunan pajak (tax amnesty) untuk pembiayaan infrastruktur,” tulis Tweed.

Pemimpin NegaraMata Uang (%)Pertumbuhan Ekonomi (%)Dukungan Publik (%)
Jokowi, Indonesia2,415,0269
Xi Jinping, Cina-6,636,07-
Narendra Modi, India-3,067,381
Najib Razak, malaysia-4,264,3-
Shinzo Abe, Jepang2,250,950
Park Geun-hye, Korea Selatan-2,872,6
Rodrigo Duterte, Filipina-5,297,183 

Namun, tantangan utama Jokowi pada tahun depan adalah memastikan programnya berjalan sesuai rencana. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta juga akan menjadi pertaruhan bagi Jokowi. "Calon yang didukungnya, Basuki Tjahaja Purnama mendapat penolakan dari kelompok Islam garis keras."

(Baca juga: Jokowi Perintahkan Tindak Tegas Penyebar Hoax)

Berbeda dengan Presiden Cina Xi-Jinping yang bakal menghadapi ujian dari luar. Ancaman Trump membatasi perdagangan dengan Cina harus disikapi dengan bijak. Jika tidak, tren melemahnya pertumbuhan ekonomi Cina bisa berlanjut.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pun berkepentingan menyimak dinamika politik Amerika. Apalagi, Trump tampaknya akan membatalkan perjanjian dagang Trans Pacific Partnership (TPP) yang sudah diratifikasi parlemen Jepang.

Yang juga mendapat tantangan internasional adalah Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ia dikritik atas kebijakannya membunuh dan memenjarakan ribuan orang untuk memerangi narkoba. Meski di dalam negeri ia mendapat dukungan 83 persen warga di negaranya.

(Baca juga: Industri Kecil Bisa Ikut Lelang Pengadaan Barang Pemerintah)

Berbeda dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak yang tahun depan harus berjuang mempertahankan nilai mata uangnya. Tahun ini, rupee dan ringgit masing-masing merosot 3,06 dan 4,26 persen terhadap dolar AS.

Sedangkan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye mengalami tahun terburuk di 2016. Parlemen telah memakzulkannya pada 8 Desember lalu. Ia dituduh melanggar konstitusi dengan membiarkan sahabatnya, Choi Soon-Sil, mencampuri urusan negara. "Tantangan terbesarnya tahun depan adalah tidak masuk penjara."

Halaman: