Kilang TPPI Beroperasi, Pertamina Bisa Hemat Dolar 15 Persen

KATADATA
Kilang TPPI
Penulis:
Editor: Arsip
28/9/2015, 17.16 WIB

KATADATA ? PT Pertamina (Persero) menargetkan bisa memulai pengoperasian kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dalam pekan ini atau awal Oktober 2015. Pengoperasian kilang ini akan menghemat belanja devisa Pertamina hingga 15 persen.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan saat ini pihaknya harus mengimpor BBM sebesar 700.000 barel setiap hari, untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan dolar untuk melakukan impor BBM tersebut sangat besar, mencapai US$ 70 juta ? US$ 80 juta per hari.

Dengan kapasitas kilang TPPI yang mencapai 100.000 barel per hari, Pertamina bisa mengurangi impor BBM dengan besaran volume tersebut. "Kalau sepertujuh, (impor BBM yang bisa dikurangi) kira-kira sekitar US$ 10 juta per hari," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/9).

(Baca: Sulit Cari Dolar, Pertamina Upayakan Beli Minyak Pakai Rupiah)

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan pengoperasian kilang TPPI akan dimulai dengan kapasitas produksi awal pada level 20.000 barel per hari. Kapasitas produksi nantinya akan ditingkatkan menjadi sekitar 50.000 - 55.000 barel per hari. Produk BBM yang dihasilkan adalah light naphtha,kerosenesgas oilfuel oilmogas, dan liquefied petroleum gas (LPG). Sementara untuk produk aromatik diantaranya paraxyleneorthoxylenebenzenetoluene, danmixedxylene.

Sesuai keinginan pemerintah, nantinya kilang TPPI akan diarahkan menjadi gasoline mode untuk memproduksi BBM. BBM yang dihasilkan secara khusus untuk jenis produk yang impornya masih tinggi. Dengan begitu, kilang TPPI bisa dimanfaatkan maksimal untuk memproduksi BBM dan mengurangi impornya.

(Baca: Pertamina Akan Tambah Kepemilikan di TPPI)

Wianda juga mengatakan Pertamina akan terus berusaha menurunkan transaksi pembelian valas dollar Amerika Serikat hingga 50 persen, sebagai langkah antisipasi pelemahan rupiah terhadap mata uang negara tersebut. Salah satu upayanya, dengan melakukan lindung nilai atau hedging sejak Juni lalu. Hedging dilakukan dengan membeli valas secara berjangka (forward). Pertamina juga telah mendapat fasilitas forex line untuk melakukan hedging dari tiga bank, yakni Bank Mandiri, BRI dan BNI.

"Jadi, ke depan Pertamina akan lebih memanfaatkan komitmen credit line yang sudah dimiliki dibandingkan dengan mencari dolar di pasar spot," ujar dia.

(Baca: Ekspor Minyak Akan Dibatasi Tahun Depan)

Reporter: Arnold Sirait