Tanpa Kilang Baru, Negara Berpotensi Rugi Rp 156 Triliun per Tahun

KATADATA | www.skkmigas.go.id
Penulis: Safrezi Fitra
26/8/2015, 11.57 WIB

Mengenai selisih harga minyak mentah dan BBM, Komaidi mengacu pada data lembaga statistic energi Amerika Serikat, Energy Information Administration (EIA). EIA menyebut selisih harga minyak jenis WTI dengan harga regular gasoline adalah sekitar US$ 40 per barel. Jika dikalikan dengan jumlah impor BBM, selisihnya mencapai US$ 32,8 juta per hari atau US$ 12 miliar per tahun.

Inilah yang menurut Komaidi menjadi potensi kerugian negara. Padahal jika pemerintah membangun kilang, potensi kerugian ini tidak akan terjadi. Bahkan ada penghematan devisa negara dari hilangnya potensi kerugian tersebut. Selama ini Indonesia masih harus bergantung kepada fasilitas kilang milik negara lain untuk mendapat bahab bakar minyak (BBM) kebutuhan dalam negeri. Salah satu negaranya adalah Singapura, yang hanya memiliki fasilitas pengolahan, tapi tidak memproduksi minyak. Ongkos produksi di kilang luar negeri inilah yang menjadi kerugian negara setiap kali mengimpor bbm untuk konsumsi dalam negeri. (Baca: 2018, Indonesia Importir BBM Terbesar di Dunia)

Dalam RAPBN 2016, pemerintah memang tidak menyiapkan dana khusus untuk pembangunan kilang tahun depan. Namun, masih ada kemungkinan pembangunan kilang bisa dilakukan dengan melibatkan peran swasta. Dalam rancangan anggaran tersebut, pemerintah mengalokasikan dana untuk melakukan studi kelayakan. "Opsinya hanya dua, antara pemerintah melakukan realokasikan dana dari subsidi BBM, atau melakukan kerjasama untuk pembangunan kilang dengan swasta," ujar Komaidi.

Masalahnya, kata Komaidi, Indonesia tidak akan mampu mencapai kemandirian energi jika sistemnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Jika pembangunan kilang diserahkan kepada swasta, pemerintah akan sulit mengendalikannya. Pemerintah harus mengintervensi dengan memberikan anggaran untuk membangun industri ini dan melakukan percepatan investasi agar ketahanan energi nasional cepat tercapai. (Baca: Pemerintah Akan Setop Impor BBM 10 Tahun Lagi)

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak tahun 1970-an hingga saat ini, pemerintah sudah tidak pernah lagi membangun kilang. Makanya hingga saat ini pemerintah melalui PT Pertamina hanya memiliki delapan kilang lama di Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balongan. Sementara hanya ada dua perusahaan swasta yang memiliki kilang, yaitu PT TransPacific Petrochemical Indotama dan PT Tri Wahana Universal.  

Total kapasitas kilang yang ada di Indonesia saat ini diperkirakan sebesar 1,17 juta barel per hari (bph). Namun, karena umur kilang yang sudah tua, kemampuan memproduksi minyaknya hanya sebesar 719.000 bph. Sementara kebutuhan BBM saat ini diperkirakan 1,36 juta bph, sehingga terjadi defisit 640.000 bph. Untuk mencukupi defisit tahun ini, setidaknya butuh dua kilang baru berkapasitas masing-masing 300.000 bph dan merevitalisasi kilang yang sudah ada.

Halaman:
Reporter: Muhammad Kahfi