Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah mendukung program inisiatif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja sektor pangan nasional dalam bentuk model kemitraan inclusive closed loop. Program ini merupakan kemitraan antara pemerintah, pengusaha, dan petani yang saling menguntungkan dari hulu hingga hilir.
Jokowi menunggu komitmen Kadin untuk mendampingi dua juta petani swadaya pada 2023 yang dilibatkan dalam program dengan skema inclusive closed loop tersebut. Jokowi optimistis Kadin dapat mewujudkannya karena lembaga tersebut telah berhasil mendampingi satu juta petani swadaya pada awal tahun ini.
"Saya sangat berharap model bisnis kolaboratif yang inklusif ini bisa mendongkrak sektor pangan sebagai kekuatan ekonomi baru yang membuka lebih banyak lapangan kerja dan menjadi sumber kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia," ujar Jokowi dalam acara Jakarta Food Security Summit (JFSS) yang ke-5 yang diselenggarakan Kadin bekerja sama dengan Katadata, Rabu (18/11).
Inclusive closed loop adalah cara untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan. Dalam skema ini, petani tak hanya terhubung dengan pemerintah, namun dengan lembaga keuangan, perusahaan, hingga ritel. Tujuannya adalah sinergi seluruh mata rantai pertanian agar menciptakan efisiensi dan peningkatan kualitas komoditas.
Presiden RI ke-7 tersebut juga mendukung berbagai inisiatif kolaboratif yang melibatkan para petani, koperasi, perbankan, dan para pengambil kebijakan. Beberapa inisiatif yang sedang berjalan seperti penerapan inclusive closed loop di lahan pertanian cabai di Garut, Jawa Barat dan industri minyak sawit perlu terus dikembangkan dan diperbaharui agar produktivitas dan nilai tambah petani semakin meningkat. “Inclusive closed loop juga perlu direplikasi dan diperbanyak ke daerah-daerah lainnya,” kata Jokowi.
Menurut dia, saat ini banyak negara di dunia yang mengutamakan pentingnya pengembangan sektor pangan. Hal ini bukan dikarenakan untuk merespons kemungkinanan krisis akibat pandemei Covid-19, melainkan karena kebutuhan pangan sejalan dengan melonjaknya populasi penduduk di seluruh dunia.
Jokowi mengatakan, lonjakan populasi dunia itu hampir setengahnya berada di kawasan Asia, termasuk di Tiongkok, India, dan Indonesia. Ia melanjutkan, situasi ini kemudian membuka peluang yang menjanjikan bagi sektor pangan, karena kebutuhannya dan pasarnya sangat besar, dan diprediksi akan terus tumbuh ke depannya.
"Namun pengembangan sektor pangan membutuhkan cara-cara baru yang inovatif," ujar Jokowi. Cara-cara tersebut meliputi cara yang meningkatkan efisiensi proses produksi, pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung lingkungan, dan menyejahterakan petani.
Jokowi mengatakan, maka dari itu Indonesia perlu 'melompat' dengan cara-cara baru dengan skala produksi yang lebih besar dengan peran sentral korporasi petani. Di antaranya dengan mengedepankan nilai tambah di tahap on farm maupun off farm dan berbasis teknologi modern yang dapat mendukung efisiensi dan produktivitas.
"Tentunya juga memberikan kesejahteraan yang lebih baik ke para petani dan sektor-sektor pendukungnya," ujar dia.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan, sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan industri pengolahan dapat diandalkan untuk merangsang pemulihan perekonomian nasional. "Pertanian, perikanan, peternakan, dan industri pengolahan, jika bisa terintegrasi dari hulu ke hilir maka bisa menyumbang besar bagi perekonomian nasional terutama dalam ketahanan pangan," kata Rosan.
Menanggapi permintaan Presiden, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja menyatakan siap melaksanakan arahan untuk meningkatkan pendampingan terhadap 2 juta petani.
Franky mengatakan, saat membuka JFSS ketiga pada 2015 lalu Presiden Jokowi memberi target kepada Kadin untuk memberi pendampingan kepada satu juta petani dari sebelumnya 200 ribuan petani.
Kadin bersama dengan Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil mewujudkan target tersebut pada awal 2020. Para petani yang mendapatkan pendampingan tersebar di seluruh Indonesia dan telah mampu meningkatkan produktivitas sekitar 70% dan pendapatan sekitar 50%-200%. “Kadin bersama PISAgro, bertekad untuk meningkatkan pendampingan menjadi dua juta petani," kata dia.
Dia menyatakan pendampingan bisa berhasil karena skema “inclusive closed loop dimulai dari pelatihan, akses pada bibit unggul, pemberian pupuk yang tepat, praktek yang baik, akses pada pendanaan dan jaminan pemberian hasil produksi kepada perusahaan. "Pemberian pendampingan secara konsisten serta pemberian literasi keuangan dan pemanfataan teknologi, makanya petani bisa mendapat pembekalan dan pendampingan penuh," kata Franky.
Franky mengatakan Thailand merupakan negara yang berhasil mengembangkan sektor pangan karena mempraktekan bisnis model yang tepat. "Kita sudah mengetahui apa kunci suksesnya," kata dia.
Selama dua hari ini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyelenggarakan perhelatan Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2020 pada Rabu (18/11) dan Kamis (19/11). Franky berharap selama perhelatan ini, Kadin memperoleh berbagai masukan dalam penerapan kerja sama pengusaha dan petani dalam skema “Inclusive Closed Loop".
JFSS sudah diawali sejak 2010 dan telah dilakukan empat kali pada 2010, 2012, 2015 dan 2018. JFSS ini bertujuan untuk menggerakkan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan.