Satu dari 4 Orang Terancam Tak Dapat Vaksin Covid-19 hingga Tahun 2022

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Osorio/wsj/cf
Foto oleh Carlos Osorio. Seorang tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Pfizer/BioNTEch kepada seorang tenaga pendukung pribadi Anita Quidangen di The Michener Institute, di Toronto, Canada, Senin (14/12/2020).
16/12/2020, 19.25 WIB

Para peneliti John Hopkins mengatakan Fasilitas COVAX WHO dapat memainkan peran kunci dalam memastikan akses yang lebih adil dan merata. Namun, COVAX hanya mendapatkan 500 juta dosis, jauh di bawah target untuk memberikan setidaknya 2 miliar dosis pada akhir 2021.

Diluncurkan pada bulan April 2020, Covax bertujuan untuk mengumpulkan dana dari negara-negara kaya dan organisasi nirlaba untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin virus corona. Kemudian, mendistribusikannya secara merata di seluruh dunia.

Sejauh ini, COVAX telah mendapatkan setengah dari dana yang dibutuhkan. Meskipun Amerika Serikat serta Rusia yang merupakan pemain kunci dalam pengembangan dan pembuatan vaksin belum bergabung dengan COVAX. 

Di sisi lain, Ahli Epidemiologi dari FKM Universitas Indonesia, dr. Syahrizal mengatakan vaksin merupakan intervensi kesehatan terbaik di abad ke-20. Vaksin terbukti mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Selain itu, dalam situasi menunggu vaksin, bahkan nanti setelah masyarakat mendapatkan vaksin sekalipun, masyarakat perlu disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M. “Karena vaksin ini pasti pemberiannya bertahap, munculnya kekebalan kelompok di masyarakat juga bertahap," kata Syahrizal pada Kamis (3/12).

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan