Presiden Joko Widodo meminta ekspor porang untuk digarap dengan lebih serius. Sebab, tanaman sejenis umbi-umbian tersebut memiliki potensi yang masih terbuka lebar.
Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan porang bakal menjadi makanan masa depan lantaran rendah kalori, rendah karbon, dan bebas kadar gula. Dengan kandungannya itu, tanaman ini bisa menjadi alternatif pengganti beras karena lebih sehat
"Saya tadi sudah menyampaikan ke Menteri Pertanian agar betul-betul seriusi komoditas baru ini, porang," kata Jokowi di pabrik pengolah porang PT Asia Prima, Madiun, Kamis (19/8).
Tak hanya itu, tanaman ini juga bisa bernilai tinggi jika dikembangkan dengan serius. Jokowi mengatakan, 1 hektare porang bisa menghasilkan 15-20 ton porang. Pada musim tanam pertama, hasilnya bisa 40 juta ton porang dalam kurun 8 bulan. "Ini sebuah nilai yang sangat besar," katanya.
Selain itu, porang memberikan nilai tambah ke petani. Untuk itu, Kepala Negara meminta ekspor porang tidak dilakukan dalam bentuk mentah. "Tadi sudah setengah jadi dalam bentuk tepung dan insya Allah tahun depan bisa barang jadi yaitu beras porang," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan eskpor porang bisa dalam bentuk olahan, termasuk beras porang shirataki yang harganya mahal. Ia pun berharap Madiun akan menjadi sentra industri olahan porang.
“Jadi nantinya masyarakat global tidak lagi hanya mengenal beras porang shirataki dari Jepang, tapi juga ada beras porang dari Madiun,” kata Syahrul saat mengunjungi PT Asia Prima Konjac Madiun, Jumat (30/07).
Beberapa tahun terakhir, porang memang menjadi primadona komoditas ekspor, termasuk di Jepang. Di negara Sakura tersebut, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki yang sering digunakan sebagai beras diet.
Ini karena tanaman tersebut memiliki kandungan glukomannan yang mempercepat rasa kenyang dan memperlambat pengosongan perut, sehingga cocok untuk orang yang sedang diet. Selain beras shirataki, porang juga bisa diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, hingga komestik.
Jokowi, lanjut Syahrul, telah mengarahkan porang untuk dijadikan sebagai komoditas super prioritas sebagai sumber devisa besar bagi negara. Oleh sebab itu Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengembangkan industri porang dalam skala luas, dari hulu hingga ke hilir dengan kelembagaan petani yang kuat.
Adapun, Madiun dikenal sebagai salah satu sentra pengembangan porang. Pada 2020, luas lahan budidaya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare. Pengembangan porang difokuskan di 10 kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.