Ikan dori memiliki nama ilmiah Zeus faber atau dikenal juga sebagai John Dory, St Pierre atau Peter's Fish. Tampilan ikan dori berbentuk lonjong dengan tubuh kurus, rata, dan berwarna hijau keabu-abuan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian, habitat ikan dori meliputi wilayah Atlantik Timur dari Norwegia ke Afrika Selatan, termasuk Azores, Madeira dan Kepulauan Canary. Ikan ini juga dapat ditemukan di Mediterania, Laut Hitam, Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Korea.
Di Indonesia, produk ikan dori fillet yang dijual di pasaran ternyata sering disalahartikan. Ikan dori fillet yang dijual adalah merek dagang dari Vietnam yang terbuat dari daging ikan patin (Pangasius sp.), bukan ikan dori (Zeus faber) yang hidup di laut.
Pernyataan tersebut diterangkan oleh Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, melalui siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang diterbitkan dalam situs kkp.go.id.
Lantas, apa itu ikan dori? Simak penjelasan berikut ini.
Keunikan Ikan Dori
Merujuk pada publikasi Oceana, ikan dori adalah ikan laut yang termasuk predator aktif. Spesies ini memakan berbagai jenis ikan dan invertebrata. Ikan ini hidup dalam kisaran kedalaman mulai dari lima meter hingga 360 meter.
Jenis ini biasanya tinggal di dekat dasar laut. Panjangnya mencapai 65 sentimeter dengan berat mencapai lima kilogram. Ia memiliki 10 duri panjang pada sirip punggungnya dan empat duri pada sirip duburnya.
Sekeliling tubuh ikan ini dipenuhi sisik mikroskopis dan tajam. Siripnya berduri dan berwarna kehitaman. Uniknya, ikan dori memiliki kepala yang tampak tidak biasa karena besar dan berduri dengan mata di dekat bagian atas kepalanya.
Ketika spesies ini berusia tiga hingga empat tahun, mereka siap untuk bereproduksi. Ini terjadi sekitar akhir musim dingin. Ikan ini termasuk penghambur substrat. Artinya, mereka melepaskan sperma dan telur ke dalam air untuk pembuahan. Masa hidup mereka mencapai sekitar 12 tahun di alam liar.
Rasa Ikan Dori
Dilansir dari situs Australian Fisheries Management Authority, ikan dori memiliki daging yang segar dan berwarna putih. Rasa ikan ini dominan manis dengan tekstur halus. Ikan ini bisa dikonsumsi dengan cara dipanggang, dibakar, digoreng, dikukus atau direbus.
Dalam konsumsi, produk ikan dori fillet yang halus dan rapuh seringkali dilapisi atau dibungkus dengan kertas timah untuk dimasak. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan tekstur ikan sehingga tidak hancur ketika diolah.
Berkurangnya Spesies Ikan Dori
Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), ikan dori berperan penting secara komersial, rekreasi, dan dalam habitat akuarium. Namun, tidak ada upaya konservasi khusus untuk spesies ini.
Di sekitar wilayah Mauritania, jenis dori mengalami tingkat penurunan biomassa sebesar 7% selama 24 tahun. Hal tersebut terjadi karena ikan dori terus dieksploitasi secara besar-besaran di Mauritania.
Akibatnya, saat ini IUCN mengategorikan spesies Zeus faber sebagai kelompok “Kekurangan Data” (Data Deficient/DD). Artinya, tidak ada informasi yang memadai untuk membuat penilaian langsung atau tidak langsung terhadap risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan/atau status populasinya.
Meskipun jenis ini masih umum ditemukan dan memiliki jangkauan geografis yang luas, peraturan penangkapan harus diterapkan di daerah di mana spesies ini penting secara komersial.
Metode penangkapan ikan dori menggunakan pukat yang dapat berbahaya untuk habitatnya. Oleh karena itu, penting untuk mengelola kegiatan penangkapan ikan ini dengan hati-hati agar habitatnya tidak rusak secara permanen.
Perbedaan Ikan Dori Fillet dengan Ikan Patin
Ikan dori fillet yang diimpor dari Vietnam bukan dibuat dari daging dori asli, tetapi dibuat dari ikan patin. Dari publikasi KKP, ikan dori fillet dari Vietnam (ikan patin impor) memiliki warna yang lebih pucat (putih) dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan patin lokal.
Rupanya, produk dari Vietnam tersebut mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) Tripolifosfat jenis Sodium tripolyphosphate (STTP) sebagai penstabil yang melebihi standar. Hal ini dapat membahayakan kesehatan konsumen.
“Ikan dori fillet tersebut merupakan ikan beku asal Vietnam yang mana mengandung zat tripolyphospate yang melebihi ambang batas dan dapat membahayakan kesehatan konsumen,” ungkap Kepala Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Entikong, M. W. Giri Pratikno, sebagaimana dilansir dari news.kkp.go.id.
Berdasarkan Majalah Ilmiah Quarantamina Vol. 1 No. 1 Maret 2019, fillet patin lokal jauh lebih unggul daripada fillet patin impor. Ikan patin lokal lebih banyak mengandung asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) dan asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA).
MUFA dan PUFA terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol, terutama LDL (kolesterol "jahat") dan menurunkan risiko penyakit lainnya, seperti diabetes dan kanker. Selain itu, ikan patin lokal memiliki beberapa asam amino esensial yang lebih tinggi dibandingkan dengan patin impor. Misalnya, asam amino isoleusina yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Lebih lanjut, KKP menjelaskan bahwa patin lokal dikembangkan dengan probiotik, bukan dengan antibiotik sehingga menjadi pilihan yang sehat daripada ikan dori fillet dari Vietnam. Patin lokal juga dibudidayakan di kolam dengan air tanah yang bersih dengan kepadatan yang lebih rendah.
Perbedaan utama dari ikan patin impor dan lokal adalah warnanya. Patin lokal warna dagingnya oranye, kekuningan, pink, krem dan putih, tergantung jenis dan kondisi . Sedangkan patin impor warna dagingnya sangat putih karena menggunakan zat pemutih.
Selain itu, berat daging fillet patin lokal setelah dicairkan tidak berkurang jauh. Berbeda dengan fillet patin impor yang saat dicairkan akan jauh berkurang.
Demikian pembahasan mengenai ikan dori. Dapat disimpulkan bahwa ikan dori berbeda dengan ikan patin. Sedangkan produk ikan dori fillet yang dijual dari Vietnam sebenarnya terbuat dari ikan patin.