Sentil WHO, Jokowi Dorong Adanya Lembaga Pembiayaan Kesehatan Dunia

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
Presiden Joko Widodo (memberikan arahan saat memimpin rapat terbatas (Ratas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/11/2021).
20/1/2022, 17.59 WIB

Presiden Joko Widodo menilai krisis Covid-19 membuat sektor kesehatan global rapuh. Untuk itu, ia mendorong pembentukan institusi pendanaan global khusus sektor kesehatan.

Kepala Negara menilai, kolaborasi global melalui The COVID-19 Vaccines Global Access (COVAX) Facility hanya menjadi solusi sesaat. Begitu pula peran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dianggap belum mencakup banyak hal strategis bagi kehidupan dunia.

"Oleh karenanya, kita perlu sebuah solusi yang permanen agar dunia mampu menghadapi masalah kesehatan yang tidak terduga," kata Jokowi dalam World Economic Forum yang dihadiri secara daring dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (20/1).

Presidensi G20 Indonesia juga akan memperjuangkan penguatan arsitektur sistem ketahanan kesehatan dunia yang dijalankan oleh sebuah badan dunia. Institusi tersebut akan serupa seperti Dana Moneter Internasional (IMF) pada sektor keuangan.

Nantinya, badan tersebut akan bertugas untuk menggalang pembiayaan untuk sumber daya kesehatan dunia, seperti pembelian vaksin, obat, alat kesehatan, dan pembiayaan darurat kesehatan dunia.

Badan itu juga bertugas memberdayakan kapasitas manufaktur lokal di negara berkembang, seperti investasi alat kesehatan dan obat-obatan. Kemudian, badan itu juga dapat merumuskan standar protokol kesehatan global seperti mengatur perjalanan lintas batas negara. "Agar standar protokol kesehatan di semua negara bisa sama," ujar Jokowi.

Pembentukan institusi itu dinilai perlu sebagai pembiayaan bersama pada sistem ketahanan kesehatan dunia. Dengan badan itu, biaya yang dibutuhkan menghadapi rapuhnya sistem kesehatan global akan jauh lebih kecil.  "Serta bagaimana saat menghadapi pandemi Covid-19," ujar dia.

Ia berharap negara maju tidak keberatan terhadap usulan tersebut. Selain itu, G20 akan turut berperan dalam pembangunan arsitektur ketahanan kesehatan global tersebut. "Artinya dibutuhkan sebuah kesepakatan bersama di G20 terlebih dahulu," katanya.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan pandemi mengakibatkan keraguan pada seluruh pemimpin. Keraguan muncul di benak para pemimpin lantaran pandemi juga diikuti dengan disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0.

"Betul-betul menyebabkan ketidakpastian global yang semakin meningkat, keragu-raguan semua pemimpin dalam memutuskan sesuatu," kata Jokowi dalam Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan di Bandung, Senin (17/1).

Reporter: Rizky Alika