Jokowi Minta Kampus Berbenah: Program Studi Hanya Relevan 5 Tahun

Sekab.go.id
Presiden Joko Widodo saat mengumumkan pelaksanaan vaksinasi dosis lanjutan atau booster pada tanggal 12 Januari 2022 dengan prioritas bagi lansia dan kelompok rentan.
11/3/2022, 14.33 WIB

Ilmu pengetahuan tengah mengalami perkembangan pesat belakangan ini. Presiden Joko Widodo pun menilai program studi di universitas hanya relevan dengan perkembangan selama beberapa tahun.

Oleh sebab itu ia meminta universitas untuk berhati-hati dengan kecepatan perubahan zaman seperti saat ini. Apalagi, masih banyak program studi yang tidak berubah selama 20-30 tahun.

"Yang namanya program studi, program studi sekarang ini mungkin hanya relevan lima tahun lho," kata Jokowi dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), Jumat (11/3).

Jokowi mendengar kabar dari sejumlah universitas terkait sulitnya untuk membubarkan program studi. Di sisi lain, pembentukan program studi baru juga susah dilakukan.

Presiden juga menilai banyak pusat studi yang sudah tidak sesuai zaman namun tidak dibubarkan. Di sisi lain, pusat studi yang baru juga tidak segera dibentuk. Oleh sebab itu ia meminta perguruan tinggi segera merespons perkembangan. "Karena perubahan yang cepat tadi," ujar Kepala Negara.

Secara khusus, ia meminta UNS untuk mempelajari perubahan dengan cepat.  Jokowi juga mengaku sempat tergagap dengan perkembangan zaman. "Saya kadang tidak mengerti betul. Muncul apa barang ini, muncul lagi, muncul lagi," ujar dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan, kewenangan untuk membentuk program studi baru sudah diberikan kepada perguruan tinggi yang ditetapkan statusnya sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN). "Jangan menyalahkan kementerian lagi," ujar dia.

Hal ini dinilai menjadi tantangan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Sedangkan Indonesia hanya memiliki waktu selama dua tahun untuk mengembangkan SDM. Bila tidak, ia memperkirakan Indonesia akan sulit untuk menikmati bonus demografi.

"Kita berani berubah tidak dalam dua tahun ini? Kalau enggak, nanti dalam bonus demografi 2030-2035, habis kita," katanya.

Reporter: Rizky Alika